er

Selasa, 23 September 2014

Wujudul Hilal vs Imkanur Rukyat


Sebagai pemerhati perbedaan antara 2 metode penentuan bulan Hijriyah, izinkan saya sedikit menulis mengenai hal ini dalam bahasa yang lebih mudah dimengerti. Tangan ini tergerak untuk menulis karena banyaknya ketidak tahuan masyarakat pada umumnya yang cenderung mengedepankan semangat golongan ketimbang mencari tahu apa sebenarnya substansi perbedaan tersebut.

Hisab yang diusung Muhammadiyah adalah metode yang semata-mata mengandalkan perhitungan astronomi dalam menentukan bulan baru. Metode hisab ini di Muhammadiyah dinamai “Wujudul Hilal”. Kriterianya adalah:

1. Telah terjadinya ijtimak/konjungsi antara bumi, bulan dan matahari
2. Bulan tenggelam belakangan setelah matahari tenggelam pada petang itu.

Kekuatan dari metode ini adalah: Kemudahan dan kepastian. Karena dalam astronomi, semua pergerakan benda2 angkasa sudah bisa dipetakan dan dibuat rumus atau dibuat tabel untuk tahun2 ke depan.  Kelemahan dari metode ini adalah: membuang sama sekali faktor “rukyat” atau melihat bulan. Padahal di hadits2 shahih jelas sekali menerangkan faktor “keterlihatan” hilal.

Rukyat adalah metode menentukan bulan baru dengan pengamatan/observasi semata. Jikalau bulan tidak terlihat/terhalang, maka hitungan hari pada bulan tersebut digenapkan menjadi 30. Sebaliknya jika bulan kelihatan pada petang tersebut, maka keesokan harinya adalah tanggal 1.

Kekuatan metode ini: Sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh nash2 shahih, yaitu dengan me”rukyat” /melihat hilal. Kelemahan metode ini adalah: Ketidak pastian. Kita sebagai umat islam tentu menginginkan kalender hijriyah superior dari sistem penanggalan lainnya. Tetapi kalau tidak pasti, bagaimana kita bisa menonjolkan? Misalkan jika memesan tiket pesawat tanggal 30 Julhijah seminggu sebelumnya, tetapi sehari sebelum keberangkatan ternyata hasil rukyat menyatakan bulan julhijah tahun itu hanya 29 hari, kan berarti tiketnya hangus.

Makanya ada jalan tengah, yaitu:

Imkanur Rukyat adalah metode jalan tengah yang dimotori oleh pakar astronomi yang sudah muak dengan perbedaan hisab vs rukyat. Dalam metode imkanur rukyat ini, ada tambahan kriteria seperti minimal tinggi bulan sebelum dirukyat dan atau umur bulan sebelum dirukyat dan atau lengkung sudut bulan terhadap matahari sebelum dirukyat. Meskipun secara nominal belum ada kesepakatan misalkan berapa tinggi bulan sebelum dirukyat, tetapi ini merupakan kemajuan yang sangat berarti untuk menjembatani perbedaan hisab vs rukyat.

Kekuatan metode imkanur rukyat adalah: Kepastian dan pemenuhan faktor rukyat yang tertera di hadits2 shahih. Kepastian karena dengan menentukan minimal berapa derajat ketinggian bulan sebelum dirukyat, akan meminimalkan kesalahan prediksi apakah bulan akan terlihat atau tidak. Kelemahannya: boleh dibilang tidak ada. Karena ini adalah hasil musyawarah, menentukan secara nominal misalkan berapa ketinggian bulan yang disepakati sebelum dirukyat.

Pemerintah dan ormas2 Islam secara umum (kecuali Muhammadiyah) sudah bersepakat untuk mengedepankan metode imkanur rukyat, meskipun belum ada kesepahaman berapa nilai nominal dari tambahan kriteria rukyat tersebut. Pada umumnya ormas2 Islam mensyaratkan minimal 2 derajat sementara para ahli astronomi mengisyaratkan bulan sebenarnya tidak bakal terlihat jika masih di bawah 4 derajat di atas ufuk setelah matahari tenggelam. Sementara Muhammadiyah masih tetap bersikukuh dengan metode wujudul hilal yang murni penghitungan.

Mudah2an tulisan ini bisa memperjelas hal yang simpang siur dan membuat diskusi lebih mengedepankan substansi ketimbang semangat golongan.

------------------------------------------
Dikutib dari: Tikita's Blog
Facebook
0 Blogger

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa berikan komentar ya gan..