Nama: Shalih bin Ubaid
Garis Keturunan: Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Iram (Aram) ⇒ Amir ⇒ Tsamud ⇒ Hadzir ⇒ Ubaid ⇒ Masah ⇒ Asif ⇒ Ubaid ⇒ Shalih as
Usia: 70 tahun
Periode sejarah: 2150 -
2080 SM
Tempat diutus (lokasi): Daerah
al-Hijr (Mada'in Salih, antara Madinah dan Syria)
Jumlah keturunannya (anak): -
Tempat wafat: Mekah
al-Mukarramah
Sebutan kaumnya: Kaum
Tsamud
di Al-Quran namanya
disebutkan sebanyak 10 kali
Dakwah Nabi Saleh (Shalih/Shaleh)
Kaum Tsamud bermukim di
daerah al-Hijr. Saat ini daerah tersebut dinamakan dengan Mada'in Salih: satu
wilayah pegunungan diantara Madinah dan Syam (Syria). Allah berfirman, "(Terhadap) kaum Tsamud yang memotong batu-batuan besar di
lembah," (QS. Al-Fajr [89]: 9).
Mereka ahli dalam memahat
batu pegunungan dan menjadikannya sebagai tempat tinggal. Selain itu, mereka
juga pandai mengolah tanah datar dan mengubahnya menjadi istana. Alla
berfirman, "Ingatlah
ketika Dia menjadikan kalian khalifah-khalifah setelah kaum 'Ad dan menempatkan
kalian di bumi. Di tempat yang datar kalian dirikan istana-istana dan
bukit-bukit kalian pahat menjadi rumah-rumah, Maka, ingatlah nikmat-nikmat
Allah dan janganlah kalian membuat kerusakan di bumi," (QS. Al-a'raf [7]:
74).
Negeri mereka memiliki
keistimewaan dengan kesuburan tanahnya, selain posisi geografisnya yang berada
di jalur perdagangan antara Syam dan Yaman. Hal itu, membuat sumber kehidupan
mereka melipah dan makmur. Namun, kaum Tsamud membalas semua kenikmatan itu
dengan menyimpang dari jalan Allah. Mereka akhirnya diadzab seperti kaum Hud
karena kekufuran dan pengingkaran mereka terhadap nikmat Allah.
Allah lalu mengutus
rasul-Nya dari kalangan mereka sendiri, yaitu Nabi Shalih. Beliau memberikan
peringatan kepada mereka tentang akibat dari buruknya perbuatan itu. Akan
tetapi, mereka mengejek, mendustakan, dan meminta bukti yang tak dapat dibantah
sebagai pembenaran terhadap kenabian beliau. Nabi Shalih pun mendatangkan
seekor unta yang menjadi mukjizatnya. Beliau lantas meminta mereka agar tidak
menyakitinya. Hal ini terekam dalam firman Allah, "Sesungguhnya
telah datang kepada kalian bukti yang nyata dari Rabb kalian. Ini (seekor) unta
betina dari Allah sebagai tanda untuk kalian. Biarkanlah ia makan di bumi
Allah, janganlah disakiti, nanti akibatnya kalian akan mendapatkan siksaan yang
pedih,"(QS. Al-A'raf [7]: 73)
Unta betina tersebut
tinggal beberapa waktu di perkampungan kaum Tsamud. Ia pun makan
tumbuh-tumbuhan dan minum air pada satu hari dan meninggalkannya pada hari yang
lain. Ini merupakan suatu hal yang mendorong sebagian mereka untuk percaya
dengan mukjizat Nabi Shalih. Kaum Tsamud lantas khawatir akibat semua itu serta
bahaya yang mengancam kekuasaan mereka. Tampaklah rasa hasut dan kedengkian
mereka ketika sembilan orang diantara mereka bersekongkol untuk membunuh unta
tersebut. Kisah ini disebutkan dalam firman Allah, "Di kota itu ada sembilan orang laki-laki yang berbuat
kerusakan di bumi, mereka tidak melakukan perbaikan. Mereka berkata,
'Bersumpahlah kalian dengan (nama) Allah bahwa kita pasti akan menyerang dia
bersama keluarganya pada malam hari, kemudian kita akan mengatakan kepada ahli
warisnya (bahwa) kita tidak menyaksikan kebinasaan keluarganya itu, dan
sungguh, kita orang yang benar.' Dan mereka membuat tipu daya, dan Kami pun
membuat tipu daya, sedang mereka tidak menyadari. Maka, perhatikanlah akibat
dari tipu daya mereka, bahwa kami membinasakan mereka dan kaum mereka semua.
Maka, itulah rumah-rumah mereka yang runtuh karena kezhaliman mereka. Sungguh,
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang mengetahui," (QS. An-Naml [27]: 48-52).
Demikianlah siksaan pedih yang
menimpa kaum Tsamud. Semua itu akibat kekufuran mereka kepada Allah dan
penyembelihan terhadap unta mukjizat Nabi Shalih. Allah menyelamatkan Nabi
Shalih dan orang-orang yang beriman, dari adzhab yang menimpa kaum itu.
Keutuhan sebagian tempat tinggal mereka pun bisa menjadi pelajaran dan
peringatan.
Ibnu Katsir meriwayatkan di
dalam Tarikh-nya bahwa Rasulullah menutup kepala dan mempercepat kendaraannya
ketika melewati pemukiman kaum Tsamud di al-Hijr (Mada'in Salih). Selain itu,
beliau juga melarang para sahabatnya untuk masuk ke pemukiman mereka, kecuali
dalam keadaan menangis. Di dalam sebuah riwayat disebutkan "Jika kalian
tidak bisa menangis, paksalah untuk bisa menangis karena merasa takut tertimpa
(adzab) seperti yang menimpa mereka."
Kisah Nabi Saleh
(Shalih/Shaleh)
Shaleh (Shalih) merupakan
salah seorang nabi dan rasul dalam Agama Islam yang telah diutus kepada kaum
Thsamud. Nabi Shaleh telah diberikan mukjizat yaitu seekor unta betina yang
dikeluarkan dari celah batu dengan izin Allah untuk menunjukkan kebesaran Allah
SWT kepada kaum Thsamud. Malangnya kaum Thsamud masih mengingkari ajaran Nabi
Saleh, malah mereka membunuh unta betina tersebut. Akhirnya kaum Thsamud
dibalas dengan azab yang amat dahsyat yang menyebabkan tubuh mereka hancur
berkecai.
Tsamud adalah nama suatu
suku yang dimasukkan bahagian dari bangsa Arab oleh ahli sejarah dan ada pula
yang menggolongkan mereka ke dalam bangsa Yahudi. Mereka bertempat tinggal di
suatu dataran bernama " Alhijir " terletak antara Hijaz dan Syam yang
dahulunya termasuk jajahan dan dikuasai suku Aad yang telah habis binasa disapu
angin taufan yang dikirim oleh Allah sebagai pembalasan atas pembangkangan dan
pengingkaran mereka terhadap dakwah dan risalah Nabi Hud.
Kemakmuran dan kemewahan
hidup serta kekayaan alam yang dahulu dimiliki dan dinikmati oleh kaum Aad
telah diwarisi oleh kaum Tsamud. Tanah-tanah yang subur yang memberikan hasil
berlimpah ruah, binatang-binatang perahan dan lemak yang berkembang biak, kebun-kebun
bunga yag indah, bangunan rumah-rumah yang didirikan di atas tanah yang rata
dan dipahatnya dari gunung. Semuanya itu menjadikan mereka hidup tenteram,
sejahtera, dan bahagia, merasa aman dari segala gangguan alam dan mengaku bahwa
kemewahan hidup mereka akan kekal bagi mereka dan anak keturunan mereka.
Kaum Tsamud tidak mengenal
Tuhan. Tuhan mereka adalah berhala-berhala yang mereka sembah dan puja,
kepadanya mereka berkorban, tempat mereka meminta perlindungan dari segala bala
dan musibah dan mengharapkan kebaikan serta kebahagiaan. Mereka tidak dapat
melihat atau memikirkan lebih jauh dan apa yang dapat mereka jangkau dengan
pancaindera.
Nabi Saleh dan Kaum Tsamud
Allah Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya berada dalam kegelapan
terus-menerus tanpa diutusnya pesuruh disisi-Nya untuk memberi penerangan dan
memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat ke jalan yang benar. Demikian pula
Allah tidak akan menurunkan azab dan seksaan kepada suatu umat sebelum mereka
diperingatkan dan diberi petunjukkan oleh-Nya dengan perantara seorang yang
dipilih untuk menjadi utusan dan rasul-Nya. Sunnatullah ini berlaku pula kepada
kaum Tsamud, yang kepada mereka telah diutuskan Nabi Saleh seorang yang telah
dipilih-Nya dari suku mereka sendiri, dari keluarga yang terpandang dan
dihormati oleh kaumnya, terkenal tangkas, cerdik, pandai, rendah hati dan
ramah-tamah dalam pergaulan.
Dikenalkan mereka oleh Nabi
Saleh kepada Tuhan yang sepatutnya mereka sembah, Tuhan Allah Yang Maha Esa,
yang telah mencipta mereka, menciptakan alam sekitar mereka, menciptakan
tanah-tanah yang subur yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup mereka,
mencipta binatang-binatang yang memberi manfaat dan berguna bagi mereka dan
dengan demikian memberi kepada mereka kenikmatan dan kemewahan hidup dan
kebahagiaan lahir dan batin. Tuhan Yang Esa itulah yang harus mereka sembah dan
bukan patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu gunung yang tidak
berkuasa memberi sesuatu kepada mereka atau melindungi mereka dari ketakutan
dan bahaya.
Nabi Saleh memperingatkan
mereka bahwa ia adalah seorang daripada mereka, terjalin antara dirinya dan
mereka ikatan keluarga dan darah. Mereka adalah kaumnya dan sanak keluarganya
dan dia adalah seketurunan dan sesuku dengan mereka. Ia mengharapkan kebaikan
dan kebajikan bagi mereka dan sesekali tidak akan menjerumuskan mereka ke dalam
hal-hal yang akan membawa kerugian, kesengsaraan dan kebinasaan bagi mereka. Ia
menerangkan kepada mereka bahwa dia adalah pesuruh dan utusan Allah, dan apa
yang diajarkan dan didakwahkan kepada mereka adalah amanat Allah yang harus dia
sampaikan kepada mereka untuk kebaikan mereka semasa hidup dan sesudah mereka
mati di akhirat kelak. Dia berharap yang kaumnya mempertimbangkan dan
memikirkan bersungguh-sungguh apa yang dia serukan dan anjurkan agar mereka
segera meninggalkan penyembahan kepada patung berhala itu dan percaya beriman
kepada Allah Yang Maha Esa seraya bertaubat dan mohon keampunan kepada-Nya atas
dosa dan perbuatan syirik yang selama ini telah mereka lakukan. Allah maha
dekat kepada mereka dengan mendengarkan doa mereka dan memberi keampunan kepada
yang bersalah apabila dimintanya.
Terperanjatlah kaum Saleh
mendengar seruan dan dakwahnya yang bagi mereka merupakan hal yang baru yang
tidak diduga akan datang dari saudara atau anak mereka sendiri. Maka serentak
ditolaknya ajakan Nabi Saleh itu seraya berkata mereka kepadanya:"Wahai
Saleh! Kami mengenalmu seorang yang pandai, tangkas dan cerdas, pikiranmu tajam
dan pendapat serta semua pertimbanganmu selalu tepat. Pada dirimu kami melihat
tanda-tanda kebajikan dan sifat-sifat yang terpuji. Kami mengharapkan dari
engkau sebetulnya untuk memimpin kami menyelesaikan hal-hal yang rumit yang
kami hadapi, memberi petunjuk dalam soal-soal yang gelap bagi kami dan menjadi
ikutan dan kepercayaan kami di kala kami menghadapi krisis dan kesusahan. Akan
tetapi segala harapan itu menjadi meleset dan kepercayaan kami kepadamu
tergelincir hari ini dengan tingkah lakumu dan tindak tandukmu yang menyalahi
adat-istiadat dan tatacara hidup kami. Apakah yang engkau serukan kepada kami?
Engkau menghendaki agar kami meninggalkan persembahan kami dan nenek moyang
kami, persembahan dan agama yang telah menjadi darah daging kami menjadi
sebahagian hidup kami sejak kami dilahirkan dan tetap menjadi pegangan untuk
selama-lamanya. Kami sesekali tidak akan meninggalkannya karena seruanmu dan
kami tidak akan mengikutimu yang sesat itu. Kami tidak mempercayai cakap-cakap
kosongmu bahkan meragui kenabianmu. Kami tidak akan mendurhakai nenek moyang
kami dengan meninggalkan persembahan mereka dan mengikuti jejakmu."
Nabi Saleh memperingatkan
mereka agar jangan menentangnya dan agar mengikuti ajakannya beriman kepada
Allah yang telah mengurniai mereka rezeki yang luas dan penghidupan yang
sejahtera. Diceritakan kepada mereka kisah kaum-kaum yang mendapat seksaan dan
azab dari Allah karena menentang rasul-Nya dan mendustakan risalah-Nya. Hal
yang serupa itu dapat terjadi ke atas mereka jika mereka tidak mahu menerima
dakwahnya dan mendengar nasihatnya, yang diberikannya secara ikhlas dan jujur
sebagai seorang anggota dari keluarga besar mereka dan yang tidak mengharapkan
atau menuntut upah daripada mereka atas usahanya itu. Ia hanya menyampaikan
amanat Allah yang ditugaskan kepadanya dan Allahlah yang akan memberinya upah
dan ganjaran untuk usahanya memberi pimpinan dan tuntutan kepada mereka.
Sekelompok kecil dari kaum
Tsamud yang kebanyakannya terdiri dari orang-orang yang berkedudukan sosial
lemah menerima dakwah Nabi Saleh dan beriman kepadanya sedangkan sebahagian
yang terbesar terutamanya mereka yang tergolong orang-orang kaya dan
berkedudukan tetap berkeras kepala dan menyombongkan diri menolak ajakan Nabi
Saleh dan mengingkari kenabiannya dan berkata kepadanya:
"Wahai Saleh! Kami
kira bahwa engkau telah dirasuk syaitan dan terkena sihir. Engkau telah menjadi
sinting dan menderita sakit gila. Akalmu sudah berubah dan pikiranmu sudah
kacau sehingga engkau tidak sedar yang engkau telah mengeluarkan kata-kata yang
tidak masuk akal dan mungkin engkau sendiri tidak memahaminya. Engkau mengaku
bahwa engkau telah diutuskan oleh Tuhanmu sebagai nabi dan rasul-Nya. Apakah
kelebihanmu daripada kami semua sehingga engkau dipilih menjadi rasul, padahal
ada orang-orang di antara kami yang lebih patut dan lebih cekap untuk menjadi
nabi atau rasul daripada engkau. Tujuanmu dengan bercakap kosong dan
kata-katamu hanyalah untuk mengejar kedudukan dan ingin diangkat menjadi kepala
dan pemimpin bagi kaummu. Jika engkau merasa bahwa engkau cerdas dan cergas dan
mengaku bahwa engkau tidak mempunyai arah dan tujuan yang terselubung dalam
dakwahmu itu maka hentikanlah usahamu menyiarkan agama barumu dengan mencerca
penyembahan kami dan nenek moyangmu sendiri. Kami tidak akan mengikuti jalanmu
dan meninggalkan jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang tua kami lebih
dahulu.
Nabi Saleh menjawab: " Aku telah berulang-ulang mengatakan kepadamu bahwa aku
tidak mengharapkan sesuatu apapun daripadamu sebagai balasan atas usahaku memberi
penerangan kepada kamu. Aku tidak mengharapkan upah atau mendambakan pangkat
dan kedudukan bagi usahaku ini yang aku lakukan semata-mata atas perintah Allah
dan daripada-Nya kelak aku harapkan balasan dan ganjaran untuk itu dan
bagaimana aku dapat mengikutimu dan menterlantarkan tugas dan amanat Tuhan
kepadaku, padahal aku talah memperoleh bukti-bukti yang nyata atas kebenaran
dakwahku. Janganlah sesekali kamu harapkan bahwa aku akan melanggar perintah
Tuhanku dan melalaikan kewajibanku kepada-Nya hanya semata-mata untuk
melanjutkan penyembahan nenek moyang kami yang jahil itu. Siapakah yang akan
melindungiku dari murka dan azab Tuhan jika aku berbuat demikian? Sesungguhnya
kamu hanya akan merugikan dan membinasakan aku dengan seruanmu itu."
Setelah gagal dan berhasil
menghentikan usaha dakwah Nabi Saleh dan dilihatnya ia bahkan makin giat
menarik orang-orang mengikutnya dan berpihak kepadanya, para pemimpin dan
pemuka kaum Tsamud berusaha hendak membendung arus dakwahnya yang makin lama
makin mendapat perhatian terutama dari kalangan bawahan menengah dalam
masyarakat. Mereka menentang Nabi Saleh dan untuk membuktikan kebenaran
kenabiannya dengan suatu bukti mukjizat dalam bentuk benda atau kejadian luar
biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.
Allah memberi mukjizat
kepada Nabi Saleh
Nabi Saleh sadar bahwa
tentangan kaumnya yang menuntut bukti daripadanya berupa mukjizat itu adalah
bertujuan hendak menghilangkan pengaruhnya dan mengikis habis kewibawaannya di
mata kaumnya terutama para pengikutnya bila ia gagal memenuhi tentangan dan
tuntutan mereka. Nabi Saleh membalas tentangan mereka dengan menuntut janji
dengan mereka apabila dia berhasil mendatangkan mukjizat yang mereka minta
bahwa mereka akan meninggalkan agama dan penyembahan mereka dan akan mengikuti
Nabi Saleh dan beriman kepadanya.
Sesuai dengan permintaan
dan petunjuk pemuka-pemuka kaum Tsamud berdoalah Nabi Saleh memohon kepada
Allah agar memberinya suatu mukjizat untuk membuktikan kebenaran risalahnya dan
sekaligus mematahkan perlawanan dan tentangan kaumnya yang masih berkeras kepala
itu. Ia memohon dari Allah dengan kekuasaan-Nya menciptakan seekor unta betina
dikeluarkannya dari perut sebuah batu karang besar yang terdapat di sisi sebuah
bukit yang mereka tunjuk.
Maka sejurus kemudian
dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta terbelahlah batu karang
yang ditunjuk itu dan keluar dari perutnya seekor unta betina.
Dengan menunjuk kepada
binatang yang baru keluar dari perut batu besar itu berkatalah Nabi Saleh
kepada mereka: "
Inilah dia unta Allah, janganlah kamu ganggu dan biarkanlah dia mencari
makanannya sendiri di atas bumi Allah, dia mempunyai giliran untuk mendapatkan
air minum dan kamu mempunyai giliran untuk mendapatkan minuman bagimu dan bagi
ternakanmu juga dan ketahuilah bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya apabila
kamu mengganggu binatang ini." Kemudian
berkeliaranlah unta di ladang-ladang memakan rumput sesuka hatinya tanpa
mendapat gangguan dan ketika giliran minumnya tiba pergilah unta itu ke sebuah
perigi yang diberi nama perigi unta dan minumlah sepuas hatinya. Dan pada
hari-hari giliran unta Nabi Saleh itu datang minum, tiada seekor binatang lain
berani menghampirinya, hal mana menimbulkan rasa tidak senang pada
pemilik-pemilik binatang itu yang makin hari makin merasakan bahwa adanya unta
Nabi Saleh di tengah-tengah mereka itu merupakan gangguan laksana duri yang
melintang di dalam kerongkong.
Dengan berhasilnya Nabi
Saleh mendatangkan mukjizat yang mereka tuntut gagallah para pemuka kaum Tsamud
dalam usahanya untuk menjatuhkan kehormatan dan menghilangkan pengaruh Nabi
Saleh bahkan sebaliknya telah menambah tebal kepercayaan para pengikutnya dan
menghilangkan banyak keraguan dari kaumnya. Maka dihasutlah oleh mereka
pemilik-pemilik ternakan yang merasa jengkel dan tidak senang dengan adanya
unta Nabi Saleh yang bermaharajalela di ladang dan kebun-kebun mereka serta
ditakuti oleh binatang-binatang peliharaannya.
Unta Nabi Saleh Dibunuh
Persekongkolan diadakan
oleh orang-orang dari kaum Tsamud untuk mengatur rancangan pembunuhan unta Nabi
Saleh dan selagi orang masih dibayangi oleh rasa takut dari azab yang diancam
oleh Nabi Saleh apabila untanya diganggu di samping adanya dorongan keinginan
yang kuat untuk melenyapkan binatang itu dari atas bumi mereka, muncullah
tiba-tiba seorang janda bangsawan yang kaya raya yang akan menyerah dirinya kepada
siapa yang dapat membunuh unta Saleh. Di samping janda itu ada seorang wanita
lain yang mempunyai beberapa puteri cantik-cantik menawarkan akan menghadiahkan
salah seorang dari puteri-puterinya kepada orang yang berhasil membunuh unta
itu.
Dua macam hadiah yang
menggiurkan dari kedua wanita itu di samping hasutan para pemuka Tsamud
mengundang dua orang lelaki bernama Mushadda' bin Muharrij dan Gudar bin Salif
berkemas-kemas akan melakukan pembunuhan bagi meraih hadiah yang dijanjikan di
samping sanjungan dan pujian yang akan diterimanya dari para kafir suku Tsamud
bila unta Nabi Saleh telah mati dibunuh.
Dengan bantuan tujuh orang
lelaki bersembunyilah kumpulan itu di suatu tempat di mana biasanya dilalui
oleh unta dalam perjalanannya ke perigi tempat ia minum dan begitu unta-unta
yang tidak berdosa itu lalu segeralah dipanah betisnya oleh Musadda' yang
disusul oleh Gudar dengan menikamkan pedangnya di perutnya.
Dengan perasaan megah dan
bangga pergilah para pembunuh unta itu ke ibu kota menyampaikan berita matinya
unta Nabi Saleh yang mendapat sambutan sorak-sorai dan teriakan gembira dari
pihak musyrikin seakan-akan mereka kembali dari medan perang dengan membawa
kemenangan yang gilang- gemilang. Berkata mereka kepada Nabi Saleh:"
Wahai Saleh! Untamu telah mati dibunuh, cobalah datangkan akan apa yang engkau
katakan dulu akan ancamannya bila unta itu diganggu, jika engkau betul-betul
termasuk orang-orang yang terlalu benar dalam kata-katanya."
Nabi Saleh menjawab:"
Aku telah peringatkan kamu, bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya atas kamu jika
kamu mengganggu unta itu. Maka dengan terbunuhnya unta itu maka tunggulah
engkau akan tibanya masa azab yang Allah telah janjikan dan telah aku sampaikan
kepada kamu. Kamu telah menentang Allah dan terimalah kelak akibat tentanganmu
kepada-Nya. Janji Allah tidak akan meleset. Kamu boleh bersuka-ria dan
bersenang-senang selama tiga hari ini kemudian terimalah ganjaranmu yang
setimpal pada hari keempat. Demikianlah kehendak Allah dan takdir-Nya yang
tidak dapat ditunda atau dihalang."
Ada kemungkinan menurut
ahli tafsir bahwa Allah melalui rasul-Nya, Nabi Saleh memberi waktu tiga hari
itu untuk memberi kesempatan, kalau-kalau mereka sadar akan dosanya dan
bertaubat minta ampun serta beriman kepada Nabi Saleh kepada risalahnya.
Akan tetapi dalam
kenyataannya tempoh tiga hari itu bahkan menjadi bahan ejekan kepada Nabi Saleh
yang ditentangnya untuk mempercepat datangnya azab itu dan tidak usah
ditangguhkan tiga hari lagi.
Turunnya azab Allah yang
dijanjikan
Nabi Saleh memberitahu
kaumnya bahwa azab Allah yang akan menimpa di atas mereka akan didahului dengan
tanda-tanda, yaitu pada hari pertama bila mereka terbangun dari tidur, wajah
mereka menjadi kuning dan akan berubah menjadi merah pada hari kedua dan hitam
pada hari ketiga dan pada hari keempat turunlah azab Allah yang pedih.
Mendengar ancaman azab yang
diberitahukan oleh Nabi Saleh kepada kaum kelompok sembilan orang yaitu
kelompok pembunuh unta merancang melakukan pembunuhan ke atas diri Nabi Saleh
mendahului tibanya azab yang diancamkan itu. Mereka mengadakan pertemuan rahasia
dan bersumpah bersama akan melaksanakan rancangan pembunuhan itu di waktu
malam, di saat orang masih tidur nyenyak untuk menghindari tuntutan balas darah
oleh keluarga Nabi Saleh, jika diketahui identitas mereka sebagai pembunuhnya.
Rancangan mereka ini dirahasiakan sehingga tidak diketahui dan didengar oleh
siapapun kecuali kesembilan orang itu sendiri.
Ketika mereka datang ke
tempat Nabi Saleh bagi melaksanakan rancangan jahatnya di malam yang
gelap-gelita dan sunyi-senyap jatuhlah di atas kepala mereka batu-batu besar
yang datang dari langit dan yang seketika merebahkan mereka di atas tanah dalam
keadaan tidak bernyawa lagi. Demikianlah Allah telah melindungi rasul-Nya dari
perbuatan jahat hamba-hamba-Nya yang kafir.
Satu hari sebelum hari
turunnya azab yang telah ditentukan itu, dengan izin Allah berangkatlah Nabi
Saleh bersama para mukminin pengikutnya menuju Ramlah, sebuah tempat di
Palestina, meninggalkan Hijir dan penghuninya, kaum Tsamud habis binasa,
ditimpa halilintar yang dahsyat beriringan dengan gempa bumi yang mengerikan.
Kisah Nabi Saleh dalam
al-Quran
Kisah Nabi Saleh telah
diceritakan dalam 9 ayat, yaitu surah Al-A'raaf [7]: ayat 73, 75, dan 77; surah
Hud [11]: ayat 61, 62, 66, dan 89; surah Asy-Syu'araa [26]: ayat 142 dan 155;
surah Al-Naml [27]: ayat 45.
Pengajaran dari kisah Nabi
Saleh
Pengajaran yang menonjol
yang dapat dipetik dari kisah Nabi Saleh ini ialah bahwa dosa dan perbuatan
mungkar yang dilakukan oleh sekelompok kecil warga masyarakat yang negatif
dapat membinasakan masyarakat itu seluruhnya.
Lihatlah betapa kaum Tsamud
menjadi binasa, hancur, bahkan tersapu bersih di atas bumi karena dosa dan
pelanggaran perintah Allah yang dilakukan oleh beberapa orang pembunuh unta
Nabi Saleh as Di sinilah letaknya hikmah perintah Allah agar kita melakukan
amar makruf, nahi mungkar. Ini karena dengan melakukan tugas amar makruf nahi
mungkar yang menjadi fardu kifayah itu, setidak-tidaknya kalau tidak berhasil
mencegah kemungkaran yang terjadi di dalam masyarakat dan perlindungan kita,
kita telah membebaskan diri dari dosa menyetujui atau merestui perbuatan
mungkar itu.
Bersikap acuh tak acuh terhadap maksiat dan kemungkaran yang
berlaku di depan mata dapat diertikan sebagai persetujuan dan penyekutuan
terhadap perbuatan mungkar itu.
Referensi:
* Sami bin Abdullah bin
Ahmad al-Maghluts, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, Mendalami Nilai-nilai
Kehidupan yang Dijalani Para Utusan Allah, Obeikan Riyadh, Almahira Jakarta,
2008.
* Dr. Syauqi Abu Khalil,
Atlas Al-Quran, Membuktikan Kebenaran Fakta Sejarah yang Disampaikan Al-Qur'an
secara Akurat disertai Peta dan Foto, Dar al-Fikr Damaskus, Almahira Jakarta,
2008.
* Ibnu Katsir, Qishashul
Anbiyaa', hlm 24.
* Ibnu Asakir, Mukhtashar
Taarikh Damasyaqa, IV/224.
* ats-Tsa'labi, Qishashul
Anbiyaa' (al-Araa'is), hlm 36.
* Tim DISBINTALAD (Drs. A.
Nazri Adlany, Drs. Hanafi Tamam, Drs. A. Faruq Nasution), Al-Quran Terjemah
Indonesia, Penerbit PT. Sari Agung, Jakarta, 2004
* Departemen Agama RI,
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Quran, Syaamil Al-Quran Terjemah
Per-Kata, Syaamil International, 2007.
* alquran.bahagia.us,
keislaman.com, dunia-islam.com, Al-Quran web, PT. Gilland Ganesha, 2008.
* Muhammad Fu'ad Abdul
Baqi, Mutiara Hadist Shahih Bukhari Muslim, PT. Bina Ilmu, 1979.
* Al-Hafizh Zaki Al-Din
'Abd Al-'Azhum Al Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, Al-Maktab Al-Islami,
Beirut, dan PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2008.
* M. Nashiruddin Al-Albani,
Ringkasan Shahih Bukhari, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani,
Jakarta, 2008.
* Al-Bayan, Shahih Bukhari
Muslim, Jabal, Bandung, 2008.
* Muhammad Nasib Ar-Rifa'i, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir
Ibnu Katsir, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 1999.