Hai Sobat Blogger, kali ini saya akan menulis artikel tentang dampak dari imunisasi/vaksinasi bayi yang ada saat ini. Artikel ini saya dapat dari Website sebelah..
***
Setelah mencari-cari informasi, bukan hanya ilmu tentang baik
atau buruk sebenarnya vaksinasi tersebut, saya justru mendapatkan lebih,
tentang indikasi kuat adanya konspirasi Yahudi –lagi-lagi Yahudi Laknatulloh-
di balik program vaksinasi ini. Berikut saya ringkaskan artikel “Imunisasi,
Siasat Yahudi Lumpuhkan Generasi” dalam Tabloid Bekam pada edisi yang
mengangkat Imunisasi sebagai topik utamanya. Semoga bermanfaat.
Apa itu Imunisasi/Vaksinasi?
Bila bibit penyakit penderita TBC, Hepatitis, Meningitis, HIV,
Campak, Polio atau penyakit lainnya yang menyarang di tubuh seseorang diambil
lantas diolah sedemikian rupa entah dengan istilah dilemahkan atau dilumpuhkan,
kemudian bibit penyakit tersebut diperbanyak lalu disuntikkan ke tubuh Anda
atau anak Anda! Apakah dengan sukarela Anda menerimanya? Aksi memasukkan bibit
penyakit inilah yang akrab disebut vaksinasi atau imunisasi.
Vaksin berasal dari kata vaccinia penyebab infeksi cacar pada
sapi. Secara umum, vaksin adalah suatu bahan yang diyakini dapat melindungi
orang dari penyakit. Vaksinasi adalah usaha merangsang daya tahan tubuh dengan
memasukkan bibit penyakit yang dilemahkan dan diproses dengan bahan lain.
Sebenarnya vaksinasi atau imunisasi tidak ada hubungannya dengan
peningkatan daya tahan tubuh mengingat fungsinya hanya sebagai perangsang
sejauh mana daya tahan tubuh seseorang. Padahal daya tahan tubuh/sistem
imunitas perlu dilatih berulang-ulang agar selalu siap bila ada mikroorganisme masuk
ke tubuh.
“Maka dari itu, yang kita dengar vaksin harus disuntikkan
berkali-kali, bila tidak tubuh tidak membentuk sistem imunitasnya. Namun, pada
kenyataannya walaupun telah diimunisasi, tetap saja masih banyak yang terkena
penyakit. Kenapa ini bisa terjadi, kemungkinan karena kesalahan cara
mem-vaksin, penyimpanannya, atau karena vaksin memang tidak efektif.” ungkap
dr. Agus Rahmadi, pengasuh Klinik Sehat.
“Sebenarnya vaksin diberikan hanya untuk jaga-jaga
(preventif)/belum tentu terjadi. Apakah dengan alasan jaga-jaga, kesehatan
justru harus dikorbankan (dipertaruhkan)? Belum lagi vaksin banyak menggunakan
unsur haram. Kenapa tidak dengan tahnik, konsumsi madu, dan habbatussauda yang
telah terbukti meningkatkan sistem imunitas?”, lanjutnya.
Sejarah Vaksin
Vaksinasi sesungguhnya adalah salah satu dari sekian banyak
perilaku keji Yahudi dalam usaha mereka untuk menguasai dunia dengan
menyebarkan racun/kuman pembunuh kepada bangsa lain, terutama kaum muslimin.
Diungkapkan dalam Deadly Mist, vaksin dijadikan senjata biologis
pemusnah massal sistematis oleh zionis dan kroninya sejak abad ke-18, diawali
oleh Jenderal Jeffrer Amherst yang menghabisi suku Indian dengan menyebarkan
kuman dan penyakit yang disisipkan dalam selimut dan handuk yang dibagikan ke
suku tersebut.
Pada abad ke-19, serum/kuman, virus, dan materi berbahaya
lainnya dijadikan senjata senjata biologi dalam peperangan atau pemusnahan
massal serta penyebaran racun yang menghancurkan otak dan sistem saraf pusat.
Pada abad ke-20, vaksin modern dikelola oleh Flextner Brothers,
yang penelitiannya tentang vaksinasi pada manusia didanai oleh keluarga
Rockefeller yang merupakan salah satu keluarga paling berpengaruh di dunia dan
bagian dari Zionis International yang memprakasai pendirian WHO dan lembaga
dunia lainnya.
Singkatnya, dari data historis, vaksinasi merupakan bagian dari
strategi dan misi “pengendalian” jumlah penduduk oleh Zionisme International
dalam rangka menggapai misi New World OrderI. Mereka meraup dua keuntungan
sekaligus, “pengendalian” jumlah penduduk dan menuai keuntungan yang besar.
Vaksin dan Kepentingan Bisnis
Boleh jadi pula niat busuk Yahudi dalam program vaksinasi ini
senada dengan teori bila ingin senjata laku, maka ciptakan perang. Dalam hal
ini bila ingin obat laku, ciptakan penyakit! Dengan strategi ini, Yahudi
berusaha membuat bangsa lain menderita sekaligus menguras isi kantongnya dengan
alasan kesehatan. Sasaran vaksin adalah negara-negara berkembang yaitu Afrika,
Asia, dan Amerika Latin. Yang mengambil keuntungan adalah negara-negara Eropa
dan Amerika Serikat.
Adanya kepentingan bisnis dan siasat merusak kesehatan manusia
di balik imunisasi ini semakin mudah dipahami apalagi bila dicermati bahwa
imunisasi/vaksinasi merupakan perbuatan yang membingungkan dan sulit dipahami
dan diterima akal sehat serta bertentangan dengan aturan Islam.
Permasalahan Vaksin Lainnya
Vaksin yang selama ini dikembangkan adalah salah satu produk
farmasi, dimana kehalalan produk-produk farmasi sendiri dikritisi oleh Direktur
LPPOM MUI, Lukmanul Hakim. Ketus MUI pun menegaskan bahwa hukum mengkonsumsi
obat dan vaksin sama dengan hukum mengkonsumsi makanan, yakni harus halal.
Bahkan boleh jadi, bila dikaji, pemberian vaksin juga bertentangan dengan
aturan Badan POM RI yang tidak memberikan izin edar produk yang bersumber dari
bahan tertentu.
Penggunaan bahan haram dalam pembuatan vaksin pun diakui oleh
produsen vaksin terbesar di Indonesia, PT. Biofarma, seperti pernah diungkapkan
oleh Drs. Iskandar, Apt., MM., ketika menjabat Direktur Perencanaan dan
Pengembangan PT. Biofarma bahwa enzim tripsin babi masih digunakan dalam pembuatan
vaksin, khususnya vaksin polio (IPV).
Sementara Kepala Divisi Produksi vaksin virus PT. Biofarma, Drs.
Dori Ugiyadi mengatakan, “Di Biofarma, kita menggunakan sel ginjal monyet untuk
produksi vaksin polio dan sel embrio ayam untuk produksi vaksin campak.”
Logika Vaksin
Bayi yang baru lahir dianugerahi oleh Allah tubuh yang sempurna,
lengkap dengan sistem kekebalan tubuh. Bayi yang belum tahu apa-apa, belum
mengenal selain tangis dan tawa, makan/minum, dan tidur tentu tak mampu menolak
apa pun yang duimasukkan ke tubuhnya. Ayah ibu lah yang memilah dan memilih apa
yang terbaik untuk ditelen atau dimasukkan ke tubuh buah hatinya.
Mungkinkah orang tua membiarkan begitu saja ragam racun ditelan
dan bersarang di pembuluh darah dan organ-organ tubuh anak kesayangannya? Di
sisi lain, mungkinkah racun merupakan media yang tepat untuk menjaga kesehatan?
Bayangkan pula bila racun tersebut berasal dari babi, bangkai, darah dan nanah!
Mungkinkah seseorang yang karena hanya ingin menguji daya tahan tubuhnya harus
menelah bahan-bahan haram dan berbahaya?
Bukankah vaksinasi hanya menambah orang yang terinfeksi penyakit
dan terjadinya penyebaran penyakit di daerah/negara tertentu padahal sebelumnya
aman-aman saja?
Hentikan Vaksin!
Setelah merenungkan agenda busuk Yahudi serta dampak buruk
vaksin, cukup banyak tenaga medis yang menghentikan dan menentang vaksinasi,
baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.
Bidan Emma, menghentikan program imunisasi di kliniknya karena
tidak ingin men-dzolimi bayi dan masyarakat dengan memasukkan barang-barang
haram dan membahayakan kesehatan. Menurutnya, semisal vaksin hepatitis B
membuat organ-organ tubuh bayi terutama liver menjadi sangat terpaksa merespon
virus-virus dan zat kimia sehingga memungkinkan terjadinya kelemahan liver
untuk tahap kehidupan berikutnya.
Dr. Fadilah Supari saat menjabat sebagai Menteri Kesehatan
secara terang-terangan mendesak kajian ulang mengenai kebaradaan Namru 2 (Naval
Mediacal Research Unit), proyek riset militer AS dalam masalah vasin. Selain
itu, dia juga menentang proyek jual beli virus flu burung dan bisnis-bisnis
kotor Amerika lainnya.
Siti Fadilah, anggota Dewan Penasihat Presiden, mengamati adanya
konspirasi AS dan WHO dalam mengembangkan senjata biologis virus flu burung
sehingga ia dinilai “membuka kedok” WHO yang telah lebih dari 50 tahun
mewajibkan virus sharing yang merugikan negara-negara miskin.
Bahkan Amerika Serikat sendiri telah mendirikan The Vaccine
Adverse Events Reporting Sistem (VAERS) yang mencatat berbagai reaksi buruk
yang disebabkan oleh berbagai program vaksinasi. Menurut laporan VAERS,
tercatat 244.424 kasus, dengan 2.866 kasus berujung kematian sejak tahun
1999-2002.
Demikan pula masyarakat di AS, Kanada, dan beberapa negara Eropa
seperti Inngris, Perancis, dan Belanda telah membatalkan beberapa program
vaksinasi.
***
Sobat Blogger..
Sebuah pengalaman dari teman saya yang biasa saya panggil Mas Heris, yang mengungkapkan tentang kematian keponakannya yang berumur sekitar 1 tahun setelah menerima imunisasi folio. Kejadiannya dimulai badan lemas, tulang punggung bengkok membentuk huruf 'S' dan akhirnya lumpuh. Dan keesokan harinya anak itu meninggal tepat di samping Mas Heris.
Mas Heris sendiri mengatakan bahwa anaknya yang tidak pernah diimunisasi kecuali hanya setelah kelahirannya, tumbuh menjadi anak yang lebih cerdas dan cekatan dibanding anak-anak lain seumurannya.
***
Demikian tulisan saya Sob.. Semoga bermanfaat.
Sumber:
Silahkan baca juga: