Nama: Yunus
(Yunan) bin Matta binti Abumatta,
Matta adalah nama Ibunya
(catatan : Tidak ada dari para nabi yang dinasabkan ke Ibunya, kecuali Yunus
dan Isa)
Garis Keturunan:
Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim
as ⇒ Ishaq as ⇒ Ya'qub as⇒ Yusuf as ⇒ Bunyamin ⇒ Abumatta ⇒ Matta ⇒ Yunus as
Usia: 70 tahun
Periode sejarah: 820 -
750 SM
Tempat diutus (lokasi): Ninawa,
Irak
Jumlah keturunannya (anak): -
Tempat wafat: Ninawa,
Irak
Sebutan kaumnya: Bangsa
Asyiria, di utara Irak
di Al-Quran namanya
disebutkan sebanyak 5 kali
Tidak banyak yang
dikisahkan oleh Al-Quran tentang Nabi Yunussebagaimana
yang telah dikisahkan tentang nabi-nabi Musa, Yusuf dan lain-lain. Dan
sepanjang yang dapat dicatat dan diceritakan oleh para sejarawan dan ahli
tafsir tentang Nabi Yunus ialah bahawa beliau bernama Yunus bin Matta. Ia telah
diutuskan oleh Allah untuk berdakwah kepada penduduk di sebuah tempat bernama
“Ninawa” yang bukan kaumnya dan tidak pula ada ikatan darah dengan mereka. Ia
merupakan seorang asing mendatang di tengah-tengah penduduk Ninawa itu. Ia
menemui mereka berada di dalam kegelapan, kebodohan dan kekafiran, mereka
menyembah berhala menyekutukan kepada Allah.
Yunus membawa ajaran tauhid
dan iman kepada mereka, mengajak mereka agak menyembah kepada Allah yang telah
menciptakan mereka dan menciptakan alam semesta, meninggalkan persembahan
mereka kepada berhala-berhala yang mereka buat sendiri dari batu dan berhala-berhala
yang tidak dapat membawanya manfaaat atau mudarat bagi mereka. Ia
memperingatkan mereka bahawa mereka sebagai manusia makhluk Allah yang utama
yang memperoleh kelebihan di atas makhluk-makhluk yang lain tidak sepatutnya
merendahkan diri dengan menundukkan dahi dan wajah mereka menyembah batu-batu
mati yang mereka pertuhankan, padahal itu semua buatan mereka sendiri yang
kadang-kadang dan dapat dihancurkan dan diubah bentuk dan memodelnya. Ia
mengajak mereka berfikir memperhatikan ciptaan Allah di dalam diri mereka
sendiri, di dalam alam sekitar untuk menyedarkan mereka bahawa Tuhan pencipta
itulah yang patut disembah dan bukannya benda-benda ciptaannya.
Ajaran-ajaran Nabi Yunus
itu bagi para penduduk Ninawa merupakan hal yang baru yang belum pernah mereka
dengar sebelumnya. Kerananya mereka tidak dapat menerimanya untuk menggantikan
ajaran dan kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka yang
sudah menjadi adat kebiasaaan mereka turun temurun. Apalagi pembawa agama itu
adalah seorang asing tidak seketurunan dengan mereka.
Mereka berkata kepada Nabi
Yunus: “Apakah kata-kata yang engkau ucapkan itu dan kedustaan apakah yang
engkau anjurkan kepada kami tentang agama barumu itu? Inilah tuhan-tuhan kami
yang sejati yang kami sembah dan disembahkan oleh nenek moyamg kami sejak
dahulu. Alasan apakah yang membenarkan kami meninggalkan agama kami yang
diwariskan oleh nenek moyang kami dan menggantikannya dengan agama barumu?
Engkau adalah seorang yang ditengah-tengah kami yang datang untuk merusakkan
adat istiadat kami dan mengubah agama kami dan apakah kelebihan kamu diatas
kami yang memberimu alasan untuk mengurui dan mengajar kami. Hentikanlah aksimu
dan ajak-ajakanmu di daerah kami ini. Percayalah bahawa engkau tidak akan dapat
pengikut diantara kami dan bahawa ajaranmu tidak akan mendapat pasaran di
antara rakyat Ninawa yang sangat teguh mempertahankan tradisi dan adat istiadat
orang-orang tua kami.”
Barkata Nabi Yunus
menjawab: “Aku hanya mengajak kamu beriman dan bertauhid menurut agama yang aku
bawa sebagai amanat Allah yang wajib ku sampaikan kepadamu. Aku hanya seorang
pesuruh yang ditugaskan oleh Allah untuk mengangkat kamu dari lembah kesesatan
dan kegelapan menuntun kamu ke jalan yang benar dan lurus menyampaikan kepada
kamu agama yang suci bersih dari benih-benih kufur dan syirik yang merendahkan
martabat manusia yang semata-mata untuk kebaikan kamu sendiri dan kebaikan anak
cucumu kelak. Aku sesekali tidak mengharapkan sesuatu upah atau balas jasa
daripadamu dan tidak pula menginginkan pangkat atau kedudukan. Aku tidak dapat
memaksamu untuk mengikutiku dan melaksanakan ajaran-ajaranku. Aku hanya
mengingatkan kepadamu bahawa bila kamu tetap membangkang dan tidak menghiraukan
ajakanku , tetap menolak agama Allah yang aku bawa, tetap mempertahankan
akidahmu dan agamamu yang bathil dan sesat itu, nescaya Allah kelak akan
menunjukkan kepadamu tanda-tanda kebenaran risalahku dengan menurunkan azab
seksa-Nya di atas kamu sebagaimana telah dialami oleh kaum terdahulu iaitu kaum
Nuh, Aad dan Tsamud sebelum kamu.
Mereka menjawab peringatan
Nabi Yunus dengan tentangan seraya mengatakan: “Kami tetap menolak ajakanmu dan
tidak akan tunduk pada perintahmu atau mengikut kemahuanmu dan sesekali kami
tidak akan takut akan segala ancamanmu. Cubalah datangkan apa yang engkau
ancamkan itu kepada kami jika engkau memang benar dalam kata-katamu dan tidak
mendustai kami.”
Nabi Yunus tidak tahan
tinggal dengan lebih lama di tengah-tengah kaum Ninawa yang berkeras kepala dan
bersikap buta-tuli menghadapi ajaran dan dakwahnya. Ia lalu meninggalkan Ninawa
dengan rasa jengkel dan marah seraya memohon kepada Allah untuk menjatuhkan
hukumannya atas orang-orang yang membangkang dan berkeras kepala itu.
Sepeninggalan Nabi Yunus
penduduk Ninawa mulai melihat tanda-tanda yang mencemaskan seakan-akan ancaman
Nabi Yunus kepada mereka akan menjadi kenyataan dan hukuman Allah akan
benar-benar jatuh di atas mereka membawa kehancuran dan kebinasaan sebagaimana
yang telah dialami oleh kaum musyrikin penyembah berhala sebelum mereka. Mereka
melihat keadaan udara disekeliling Ninawa makin menggelap, binatang-binatang
peliharaan mereka nampak tidak tenang dan gelisah, wajah-wajah mereka tanpa
disadari menjadi pucat tidak berdarah dan angin dari segala penjuru bertiup
dengan kecangnya membawa suara gemuruh yang menakutkan.
Dalam keadaan panik dan
ketakutan , sedarlah mereka bahawa Yunus tidak berdusta dalam kata-katanya dan
bahawa apa yang diancamkan kepada mereka bukanlah ancaman kosong buatannya
sendiri, tetapi ancaman dari Tuhan. Segeralah mereka menyatakan taubat dan
memohon ampun atas segala perbuatan mereka, menyatakan beriman dan percaya
kepada kebenaran dakwah Nabi Yunus seraya berasa menyesal atas perlakuan dan
sikap kasar mereka yang menjadikan beliau marah dan meninggalkan daerah itu.
Untuk menebus dosa, mereka
keluar dari kota dan beramai-ramai pergi ke bukit-bukit dan padang pasir,
seraya menangis memohon ampun dan rahmat Allah agar dihindarkan dari bencana
azab dan seksaan-Nya. Ibu binatang-binatang peliharaan mereka dipisahkan dari
anak-anaknya sehingga terdengar suara teriakan binatang-binatang yang terpisah
dari ibunya seolah-olah turut memohon keselamatan dari bencana yang sedang
mengancam akan tiba menimpa mereka.
Allah yang Maha Mengetahui
bahawa hamba-hamba-Nya itu jujur dalam taubatnya dan rasa sesalannya dan bahawa
mereka memang benar-benar dan hatinya sudah kembali beriman dan dari hatinya
pula memohon dihindarkan dari azab seksa-Nya, berkenan menurunkan rahmat-Nya
dan mengurniakan maghfirat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang dengan tulus ikhlas
menyatakan bertaubat dan memohon ampun atas segala dosanya. Udara gelap yang
meliputi Ninawa menjadi terang, wajah-wajah yang pucat kembali merah dan
ebrseri-seri dan binatang-binatang yang gelisah menjadi tenang, kemudian
kembalilah orang-orang itu ke kota dan kerumah masing-masing dengan penuh rasa
gembira dan syukur kepada Allah yang telah berkenan menerima doa dan permohonan
mereka.
Berkatalah mereka didalam
hati masing-masing setelah merasa tenang, tenteram dan aman dari malapetaka
yang nyaris melanda mereka: “Di manakah gerangan Yunus sekarang berada? Mengapa
kami telah tunduk kepada bisikan syaitan dan mengikuti hawa nafsu, menjadikan
dia meninggalkan kami dengan rasa marah dan jengkel kerana sikap kami yang menentang
dan memusuhinya. Alangkah bahagianya kami andaikan ia masih berada di
tengah-tengah kami menuntun dan mengajari kami hal-hal yang membawa kebahagiaan
kami di dunia dan di akhirat. Ia adalah benar-benar rasul dan nabi Allah yang
telah kami sia-siakan. Semoga Allah mengampuni dosa kami.”
Adapun tentang keadaan Nabi
Yunus yang telah meninggalkan kota Ninawa secara mendadak, maka ia berjalan
kaki mengembara naik gunung turun gunung tanpa tujuan. Tanpa disadari ia
tiba-tiba berada disebuah pantai melihat sekelompok orang yang lagi
bergegas-gegas hendak menumpang sebuah kapal. Ia minta dari pemilik kapal agar
diperbolehkan ikut serta bersama lain-lain penumpang. Kapal segera melepaskan
sauhnya dan meluncur dengan lajunya ke tengah laut yang tenang. Ketenangan laut
itu tidak dapat bertahan lama, kerana sekonyong-konyong tergoncang dan
terayunlah kapal itu oleh gelombang besar yang datang mendadak diikuti oleh
tiupan angin taufan yang kencang, sehingga menjadikan juru mudi kapal berserta
seluruh penumpangnya berada dalan keadaan panik ketakutan melihat keadaan kapal
yang sudah tidak dapat dikuasai keseimbangannya.
Para penumpang dan juru
mudi melihat tidak ada jalan untuk menyelamatkan keadaan jika keadaan cuaca
tetap mengganas dan tidak mereda, kecuali dengan jalan meringankan beban berat
muatan dengan mengorbankan salah seorang daripada para penumpang. Undian lalu
dilaksanakan untuk menentukan siapakah di antara penumpang yang harus
dikorbankan. Pada tarik pertama keluarlah nama Yunus, seorang penumpang yang
mereka paling hormati dan cintai, sehingga mereka semua merasa berat untuk
melemparkannya ke laut menjadi mangsa ikan.
Kemudian diadakanlah undian
bagi kali kedua dengan masing-masing penumpang mengharapkan jangan sampai
keluar lagi nama Yunus yang mereka sayangi itu, namun melesetlah harapan mereka
dan keluarlah nama Yunus kembali pada undian yang kedua itu. Demikianlah bagi
undian bagi kali yang ketiganya yang disepakati sebagai yang terakhir dan yang
menentukan nama Yunuslah yang muncul yang harus dikorbankan untuk menyelamatkan
kapal dan para penumpang yang lain.
Nabi Yunus yang dengan
telitinya memperhatikan sewaktu undian dibuat merasa bahawa keputusan undian
itu adalah kehendak Allah yang tidak dapat ditolaknya yang mungkin didalamnya
terselit hikmah yang ia belum dapat menyelaminya. Yunus sedar pula pada saat
itu bahawa ia telah melakukan dosa dengan meninggalkan Ninawa sebelum
memperoleh perkenan Allah, sehingga mungkin keputusan undian itu adalah sebagai
penebusan dosa yang ia lakukan itu. Kemudian ia beristikharah menghenimgkan
cipta sejenak dan tanpa ragu segera melemparkan dirinya ke laut yang segera
diterima oleh lipatan gelombang yang sedang mengamuk dengan dahsyatnya di bawah
langit yang kelam-pekat.
Selagi Nabi Yunus berjuang
melawan gelombang yang mengayun-ayunkannya, Allag mewahyukan kepada seekor ikan
paus untuk menelannya bulat-bulat dan menyimpangnya di dalam perut sebagai
amanat Tuhan yang harus dikembalikannya utuh tidak tercedera kelak bila saatnya
tiba.
Nabi Yunus yang berada di
dalam perut ikan paus yang membawanya memecah gelombang timbul dan tenggelam ke
dasar laut merasa sesak dada dan bersedih hati seraya memohon ampun kepada
Allah atas dosa dan tindakan yang salah yang dilakukannya tergesa-gesa. Ia
berseru didalam kegelapan perut ikan paus itu: “Ya Tuhanku, sesungguhnya tiada
Tuhan selain Engkau, Maha sucilah Engkau dan sesungguhnya aku telah berdosa dan
menjadi salah seorang dari mereka yang zalim.”
Setelah selesai menjalani
hukuman Allah , selama beberapa waktu yang telah ditentukan, ditumpahkanlah
Nabi Yunus oleh ikan paus itu yang mengandungnya dan dilemparkannya ke darat .
Ia terlempar dari mulut ikan ke pantai dalam keadaan kurus lemah dan sakit.
Akan tetapi Allah dengan rahmat-Nya menumbuhkan di tempat ia terdampar sebuah
pohon labu yang dapat menaungi Yunus dengan daun-daunnya dan menikmati buahnya.
Nabi Yunus setelah sembuh
dan menjadi segar kembali diperintahkan oleh Allah agar pergi kembali
mengunjungi Ninawa di mana seratus ribu lebih penduduknya mendamba-dambakan
kedatangannya untuk memimpin mereka dan memberi tuntunan lebih lanjut untuk
menyempurnakan iman dan aqidah mereka. Dan alangkah terkejutnya Nabi Yunus
tatkala masuk Ninawa dan tidak melihat satu pun patung berhala berdiri.
Sebaliknya ia menemui orang-orang yang dahulunya berkeras kepala menentangnya
dan menolak ajarannya dan kini sudah menjadi orang-orang mukmin, soleh dan
beribadah memuja-muji Allah s.w.t.
Pokok cerita tentang Yunus
terurai di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah Yunus ayat 98, surah
Al-Anbiaa’ ayat 87, 88 dan surah Ash-Shaffaat ayat 139 sehingga ayat 148.
Pengajaran yang dapat
dipetik dari kisah Nabi Yunus.
Bahawasannya seorang yang
bertugas sebagai da’i – juru dakwah harus memiliki kesabaran dan tidak boleh
cepat-cepat marah dan berputus asa bila dakwahnya tidak dapat sambutan yang
selayaknya atau tidak segera diterima oleh orang-orang yang didakwahinya. Dalam
keadaan demikian ia harus bersabar mengawal emosinya serta tetap meneruskan
dakwahnya dengan bersikap bijaksana dan lemah lembut, sebagaimana firman Allah
dalam surah An-Nahl ayat 125 yang bermaksud : “Serulah, berdakwahlah kepada
jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik { sopan dan lemah lembut } .”
Di dalam diri Nabi Yunus Allah
telah memberi contoh betapa ia telah disesalkan atas tindakannya yang
tergesa-gesa kerana kehilangan kesabaran, meninggalkan kaum Ninawa, padahal
mereka masih dapat disedarkan untuk menerima ajakannya andaikan ia tidak
terburu-buru marah dan meninggalkan mereka tanpa berunding lebih dahulu dengan
Allah yang telah mengutusnya.
Atas pelanggaran yang telah dilakukan tanpa sedar Allah telah
memberi hukuman kepada Nabi Yunus berupa kurungan dalam perut ikan paus sebagai
peringatan dan pengajaran agar tidak terulang lagi setelah ia diberi ampun dan
disuruh kembali ke Ninawa melanjutkan dakwahnya.
Referensi
* Sami bin Abdullah bin Ahmad al-Maghluts, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, Mendalami Nilai-nilai Kehidupan yang Dijalani Para Utusan Allah, Obeikan Riyadh, Almahira Jakarta, 2008.
* Dr. Syauqi Abu Khalil, Atlas Al-Quran, Membuktikan Kebenaran Fakta Sejarah yang Disampaikan Al-Qur'an secara Akurat disertai Peta dan Foto, Dar al-Fikr Damaskus, Almahira Jakarta, 2008.
* Ibnu Katsir, Qishashul Anbiyaa', hlm 24.
* Ibnu Asakir, Mukhtashar Taarikh Damasyaqa, IV/224.
* ats-Tsa'labi, Qishashul Anbiyaa' (al-Araa'is), hlm 36.
* Tim DISBINTALAD (Drs. A. Nazri Adlany, Drs. Hanafi Tamam, Drs. A. Faruq Nasution), Al-Quran Terjemah Indonesia, Penerbit PT. Sari Agung, Jakarta, 2004
* Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Quran, Syaamil Al-Quran Terjemah Per-Kata, Syaamil International, 2007.
* alquran.bahagia.us, keislaman.com, dunia-islam.com, Al-Quran web, PT. Gilland Ganesha, 2008.
* Muhammad Fu'ad Abdul Baqi, Mutiara Hadist Shahih Bukhari Muslim, PT. Bina Ilmu, 1979.
* Al-Hafizh Zaki Al-Din 'Abd Al-'Azhum Al Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, Al-Maktab Al-Islami, Beirut, dan PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2008.
* M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 2008.
* Al-Bayan, Shahih Bukhari Muslim, Jabal, Bandung, 2008.
* Muhammad Nasib Ar-Rifa'i, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 1999.
* Sami bin Abdullah bin Ahmad al-Maghluts, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, Mendalami Nilai-nilai Kehidupan yang Dijalani Para Utusan Allah, Obeikan Riyadh, Almahira Jakarta, 2008.
* Dr. Syauqi Abu Khalil, Atlas Al-Quran, Membuktikan Kebenaran Fakta Sejarah yang Disampaikan Al-Qur'an secara Akurat disertai Peta dan Foto, Dar al-Fikr Damaskus, Almahira Jakarta, 2008.
* Ibnu Katsir, Qishashul Anbiyaa', hlm 24.
* Ibnu Asakir, Mukhtashar Taarikh Damasyaqa, IV/224.
* ats-Tsa'labi, Qishashul Anbiyaa' (al-Araa'is), hlm 36.
* Tim DISBINTALAD (Drs. A. Nazri Adlany, Drs. Hanafi Tamam, Drs. A. Faruq Nasution), Al-Quran Terjemah Indonesia, Penerbit PT. Sari Agung, Jakarta, 2004
* Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Quran, Syaamil Al-Quran Terjemah Per-Kata, Syaamil International, 2007.
* alquran.bahagia.us, keislaman.com, dunia-islam.com, Al-Quran web, PT. Gilland Ganesha, 2008.
* Muhammad Fu'ad Abdul Baqi, Mutiara Hadist Shahih Bukhari Muslim, PT. Bina Ilmu, 1979.
* Al-Hafizh Zaki Al-Din 'Abd Al-'Azhum Al Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, Al-Maktab Al-Islami, Beirut, dan PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2008.
* M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 2008.
* Al-Bayan, Shahih Bukhari Muslim, Jabal, Bandung, 2008.
* Muhammad Nasib Ar-Rifa'i, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 1999.