Nama: Daud (Dawud, David) bin
Isya
Garis Keturunan:
Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as⇒ Ishaq as ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu'az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud as
Usia: 100 tahun
Periode sejarah: 1063 - 963 SM
Tempat diutus (lokasi): Palestina (dan Israil)
Keturunannya (anaknya): Sulaiman (Sulaeman)
Tempat wafat: Baitul Maqdis
(Yerusalem)
Sebutan kaumnya: Bani Israil
di Al-Quran namanya disebutkan
sebanyak: 18 kali
Daud (Dawud, Davíd, Dawit)
adalah nabi sekaligus raja dalam kerajaan Israel (Bani Israil). Daud merupakan
keturunan Yahudza bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim al-Khalil.
Nabi Daud adalah ayah dari
Nabi Sulaiman, dan moyang dari Nabi Zakaria, Nabi Yahya, dan Nabi Isa.
Ketika masih muda, Daud
menyertai tentara Bani Israil di bawah pimpinan Thalut melawan pasukan bangsa
Palestina yang dipimpin Jalut (Goliath). Daudlah yang berhasil membunuh Jalut,
sehingga dipuji sebagai pahlawan perang. Setelah Raja Thalut meninggal, Daud
menggantikannya sebagai raja. Allah mengangkat Daud sebagai nabi dan rasul-Nya.
Kepadanyalah diturunkan kitab Zabur. Beliau memiliki sejumlah mukjizat, kecerdasan
akal, mengerti bahasa burung, dan melembutkan besi hanya dengan menggunakan
tangan kosong. Perawakan Nabi Daud tidak terlalu tinggi, bermata biru, berambut
tidak lebat, berhati suci dan bersih.
Dia sangat dicintai oleh
bani Israil. Allah menganugerahi nabi Daud dengan kerajaan dan kenabian:
kebaikan dunia dan akhirat. Kerajaan itu istimewa, begitu juga dengan kenabian.
Dan, keduanya disatukan pada diri Daud. Allah berfirman, "Sungguh, telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami.
(Kami berfirman), "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah
berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi
untuknya,"(QS. Saba' [34]: 10).
Allah memberikannya suara
yang merdu: suara yang tidak diberikan kepada siapa pun selain dia. Sehingga,
ketika dia sedang melantunkan Zabur, burung-burung turut berhenti di udara
untuk mengagungkan Allah. Begitu juga dengan gunung, ia menjawab dan ikut bertasbih
bersamanya pada pagi dan sore hari. Allah juga memberinya kemampuan untuk
memutuskan perkara dengan adil diantara manusia. Dia mampu menengahi dan
menyelesaikan pertengkaran dan perselisihan yang terjadi pada masyarakatnya.
Hal itu membuat bani Israil lebih menghormati, menghargai, dan memuliakannya.
Daud yang mulai pembangunan
Bait Suci yaitu Baitul Muqaddis yang kemudian diselesaikan oleh anaknya Nabi
Sulaiman, yang sekarang menjadi tempat Masjid Al-Aqsa. Daud meninggal dalam
usia 100 tahun dan dikebumikan di Baitul Muqaddis/Maqdis (Yerusalem).
Berlalulah tahun-tahun yang
cukup panjang dari wafatnya Musa. Setelah Nabi Musa, datanglah para nabi dan mereka
telah mati dan anak-anak Israil setelah Musa telah kalah. Kitab suci mereka
telah hilang, yaitu Taurat. Ketika Taurat telah hilang dari dada mereka maka ia
pun tercabut dari tangan mereka. Musuh-musuh mereka menguasai peti perjanjian
yang di dalamnya terdapat peninggalan keluarga Musa dan Harun. Bani Israil
terusir dari keluarga mereka dan rumah mereka. Keadaan mereka sungguh sangat
tragis. Kenabian telah terputus dari cucu Lawi, dan tidak tersisa dari mereka
kecuali seorang wanita yang hamil yang berdoa kepada Allah SWT agar Dia
memberinya anak laki-laki. Lalu ia melahirkan anak laki-laki dan menamainya
dengan nama Asymu'il yang dalam bahasa Ibrani berarti Ismail. Yakni Allah SWT
mendengar doaku.
Ketika anak itu tumbuh
dewasa, ibunya itu mengirimnya ke mesjid dan menyerahkannya kepada lelaki saleh
agar belajar kebaikan dan ibadah darinya. Anak itu berada di sisinya. Pada
suatu malam—ketika ia telah menginjak dewasa—ia tidur, lalu ia mendengar ada
suara yang datang dari sisi mesjid. Ia bangun dalam keadaan ketakutan dan
mengira bahwa syaikh atau gurunya memanggilnya. Ia segera menuju gurunya dan
bertanya:"Apakah engkau memang memanggilku?" Guru itu tidak ingin menakut-nakutinya maka ia berkata: "Ya, ya." Anak itu
pun tidur kembali. Kemudian suara itu lagi-lagi memanggilnya untuk kedua
kalinya dan ketiga hingga ia bangun dan melihat malaikat Jibril memanggilnya: "Tuhanmu telah mengutusmu kepada kaummu." Pada suatu hari, Bani Israil menemui nabi yang mulia ini. Mereka
bertanya kepadanya: "Tidakkah
kami orang-orang yang teraniaya?" Dia
menjawab: "Benar." Mereka berkata: "Tidakkah
kami orang-orang yang terusir?" Dia
menjawab: "Benar." Mereka mengatakan:"Kirimkanlah untuk
kami seorang raja yang dapat mengumpulkan kami di bawah satu bendera agar kita
dapat berperang di jalan Allah SWT dan agar kita dapat mengembalikan tanah kita
dan kemuliaan kita." Nabi
mereka berkata kepada mereka dan tentu ia lebih tahu daripada mereka: "Apakah kalian yakin akan menjalankan
peperangan jika diwajibkan peperangan atas kalian?"
Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak berperang di jalan Allah SWT sedangkan
kami telah terusir dari negeri kami, dan anak-anak kami pun terusir serta
keadaan kami makin memburuk." Nabi
mereka berkata:"Sesungguhnya Allah SWT telah mengutus Thalut sebagai
penguasa bagi kalian." Mereka
berkata: "Bagaimana
ia menjadi penguasa atas kami sedangkan kami lebih berhak mendapatkan kekuasaan
itu daripadanya. Lagi pula, ia bukan seorang yang kaya, sedangkan di antara
kami ada orang yang lebih kaya daripadanya."
Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah SWT memilihnya atas kalian karena ia
memiliki keutamaan dari sisi ilmu dan fisik. Dan Allah SWT memberikan
kekuasaan-Nya kepada siapa pun yang Dia kehendaki." Mereka berkata: "Apa
tanda kekuasaa-Nya?" Nabi
menjawab: "Kitab
Taurat yang dirampas musuh kalian akan kembali kepada kalian. Kitab itu akan
dibawa oleh para malaikat dan diserahkan kepada kalian. Ini adalah tanda
kekuasaan-Nya." Mukjizat
tersebut benar-benar terjadi di mana pada suatu hari Taurat kembali kepada
mereka.
Pembentukan pasukan Thalut
dimulai. Thalut telah menyiapkan tentaranya untuk memerangi Jalut. Jalut adalah
seseorang yang perkasa dan penantang yang hebat di mana tak seorang pun mampu
mengalahkannya. Pasukan Thalut telah siap. Pasukan berjalan dalam waktu yang
lama di tengah-tengah gurun dan gunung sehingga mereka merasakan kehausan. Raja
Thalut berkata kepada tentaranya: "Kita
akan menemui sungai di jalan. Barangsiapa yang meminumnya maka hendaklah ia
akan keluar dari pasukan dan barangsiapa yang tidak mencicipinya dan hanya
sekadar membasahi kerongkongannya maka ia akan dapat bersamaku dalam
pasukan."
Akhirnya, mereka mendapati
sungai dan sebagian tentara minum darinya dan kemudian mereka keluar dari
barisan tentara. Thalut telah menyiapkan ujian ini untuk mengetahui siapa di
antara mereka yang menaatinya dan siapa yang membangkangnya; siapa di antara
mereka yang memiliki tekad yang kuat dan mampu menahan rasa haus dan siapa yang
memiliki keinginan yang lemah dan gampang menyerah.
Thalut berkata kepada
dirinya sendiri: "Sekarang
kami mengetahui orang-orang yang pengecut sehingga tidak ada yang bersamaku
kecuali orang-orang yang berani." Jumlah
pasukan memang berpengaruh tetapi yang paling penting dalam pasukan adalah,
sifat keberanian dan iman, bukan semata-mata jumlah dan senjata. Lalu datanglah
saat-saat yang menentukan bagi pasukan Thalut. Mereka berdiri di depan pasukan
musuhnya, Jalut. Jumlah pasukan Thalut sedikit sekali tetapi pasukan Musuh
sangat banyak dan kuat.
Sebagian orang-orang yang
lemah dari pasukan Thalut berkata: "Bagaimana
mungkin kita dapat mengalahkan pasukan yang perkasa itu?" Kemudian orang-orang mukmin dari pasukan Thalut menjawab: "Yang penting dalam pasukan adalah keimanan dan keberanian.
Berapa banyak kelompok yang sedikit mampu mengalahkan kelompok yang banyak
dengan izin Allah SWT."Allah SWT berfirman:
"Apakah kamu tidak
memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah nabi Musa, yaitu ketika mereka
berkata kepada seorang nabi mereka: 'Angkatlah untuk kami seorang raja agar
kami berperang (di bawah pimpinannya) dijalan Allah. Nabi mereka menjawab:
'Mung-kin sehali jika kamu diwajibkan berperang, kamu tidah akan berperang.'
Mereka menjawab: 'Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal kami
sesungguhnya telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami.'
Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali
beberapa orang yang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui
orang-orang yang lalim. Nabi mereka mengatakan kepada mereka: 'Sesungguhnya
Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.' Mereka menjawab: 'Bagaimana
Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalihan pemerintahan
daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang banyak?' (Nabi mereka)
berkata: 'Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahi
ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.' Allah memberikan pemerintahan kepada
siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas Pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: 'Sesungguhnya tanda ia akan menjadi
raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari
Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu
dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda
bagimu, jika kamu orang yang beriman. Maka tatkala Thalut keluar membawa
tentaranya, ia berkata: 'Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu
sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan
barangsiapa tiada rneminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah
pengikutku. Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka.
Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi
sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: 'Tak ada kesanggupan kami
pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentara-nya.' Orang-orang yang meyakini
bahwa mereka akan menemui Allah berkata: 'Berapa banyak yang terjadi golongan
yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan
Allah beserta orang-orangyang sabar.'" (QS. al-Baqarah: 246-249)
Jalut tampak membawa baju
besinya bersama pedangnya. Tampaknya ia menantang seseorang untuk berduel
dengannya. Semua tentara Thalut merasa takut untuk menghadapinya. Di saat-saat
tegang ini, muncullah dari pasukan Thalut seorang pengembala kambing yang
kecil, yaitu Daud. Daud adalah seorang yang beriman kepada Allah SWT. Ia
mengetahui bahwa keimanan kepada Allah SWT adalah hakikat kekuatan di alam ini,
dan bahwa kemenangan bukan semata-mata ditentukan banyaknya senjata dan kuatnya
tubuh.
Daud maju dan meminta
kepada raja Thalut agar mengizinkannya berduel dengan Jalut. Namun si raja pada
hari pertama menolak permintaan itu. Daud bukanlah seorang tentara, ia hanya
sekadar pengembala kambing yang kecil. Ia tidak rnemiliki pengalaman dalam
peperangan. Ia tidak memiliki pedang, senjatanya adalah potongan batu bata yang
digunakan untuk mengusir kambingnya. Meskipun demikian, Daud mengetahui bahwa
Allah SWT adalah sumber kekuatan yang hakiki di dunia ini. Karena ia seorang
yang beriman kepada Allah SWT, maka ia merasa lebih kuat daripada Jalut.
Pada hari kedua, ia kembali
meminta izin agar diberi kesempatan untuk memerangi Jalut. Lalu raja memberikan
izin kepadanya. Raja berkata kepadanya: "Seandainya engkau berani
memeranginya, maka engkau menjadi pemimpin pasukan dan akan menikahi anak
perempuanku." Daud tidak peduli dengan iming-iming tersebut. Ia hanya
ingin berperang dan memenangkan agama. Ia ingin membunuh Jalut, seorang lelaki
yang sombong yang lalim dan tidak beriman kepada Allah SWT, Raja mengizinkan
kepada Daud untuk berduel dengan jalut.
Daud maju dengan membawa
tongkatnya dan lima buah batu serta katapel. Jalut maju dengan dilapisi senjata
dan baju besi. Jalut berusaha mengejek Daud dan merendahkannya serta
menertawakan kefakirannya dan kelemahannya. Kemudian Daud meletakkan batu yang
kuat di atas katapelnya, lalu ia melepaskannya di udara sehingga batu itu pun
meluncur dengan keras. Angin menjadi sahabat Daud karena ia cinta kepada Allah
SWT sehingga angin itu membawa batu itu menuju ke dahi Jalut. Batu itu
membunuhnya. Jalut yang dibekali senjata yang lengkap itu tersungkur ke tanah
dan mati.
Daud, seorang pengembala yang
baik, mengambil pedangnya. Dan berkecamuklah peperangan di antara kedua
pasukan. Peperangan dimulai saat pemimpinnya terbunuh dan rasa ketakutan
menghinggapi seluruh pasukannya, sedangkan pasukan yang lain dipimpin oleh
seorang pengembala kambing yang sederhana.
Allah SWT berfirman:
"Tatkala mereka
tampak oleh jalut dan tentaranya, mereka pun berdoa: 'Ya Tuhan kami,
tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami terhadap
orang-orang kafir.' Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentarajalut dengan
izin Allah memberinya kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah
meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya.
Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian
yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang
dicurahkan) atas semesta alam." (QS. al-Baqarah: 250-251)
Setelah Daud membunuh
jalut, ia mencapai puncak ketenaran di tengah-tengah kaumnya sehingga ia
menjadi seorang lelaki yang paling terkenal di kalangan Bani Israil. Beliau
menjadi pemimpin pasukan dan suami dari anak perempuan raja. Namun Daud tidak
begitu gembira dengan semua ini. Beliau tidak bertujuan untuk mencapai
ketenaran atau kedudukan atau kehormatan, tetapi beliau berusaha untuk
menggapai cinta Allah SWT. Daud telah diberi suatu suara yang sangat indah dan
mengagumkan. Daud bertasbih kepada Allah SWT dan mengagungkan-Nya dengan
suaranya yang menarik dan mengundang decak kagum. Oleh karena itu, setelah
mengalahkan Jalut, Daud bersembunyi. Beliau pergi ke gurun dan gunung. Beliau
merasakan kedamaian di tengah-tengah makhluk-makhluk yang lain. Di saat mengasingkan
diri, beliau bertaubat kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
"Dan sesungguhnya
telah Kami berikan kepada Daud karunia Kami. (Kami berfirman): 'Hai
gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud', dan
Kami telah melu-nakkan besi padanya. (Yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar
dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku
melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Saba': 10-11)
"Dan telah Kami
tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud, dan
Kamilah yang melakukannya. Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi
kepada kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu
bersyukur (kepada Allah)." (QS. al-Anbiya': 79-80)
Ketika Daud duduk, maka ia
bertasbih kepada Allah SWT dan memuliakan-Nya. Allah SWT memilih Daud sebagai
Nabi dan memberinya Kitab Zabur. Allah SWT berfirman:
"Dan Kami berikan
Kitab Zabur kepada Daud." (QS. al-Isra': 55)
Zabur adalah kitab suci
seperti Kitab Taurat. Daud membaca kitab tersebut dan bertasbih kepada Allah
SWT. Saat beliau bertasbih, gunung-gunung juga ikut bertasbih, dan
burung-burung pun berkumpul bersama beliau.
Allah SWT berfirman:
"Dan ingatlah hamba
Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan).
Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud)
di waktu pagi dan petang, dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan
terkumpul. Masing-masing amat taat kepada Allah. Dan Kami kuatkan kerajaannya
dan Kami berikan hikmah dan kebijaksanaan dalam menyeksaikan
perselisihan." (QS. Shad: 17-20)
Gurun terbentang sehingga
mencapai ufuk. Ini adalah hari puasa Daud. Nabi Daud berpuasa pada suatu hari
dan berbuka pada hari yang lain. Inilah yang disebut dengan Shiam ad-Dahr. Daud
membaca Kitab Zabur dan merenungkan ayat-ayatnya. Gunung-gunung bertasbih
bersamanya. Gunung menyempurnakan pembacaan ayat tersebut, dan terkadang beliau
diam sementara gunung itu menyempurnakan tasbihnya. Bukan hanya gunung yang
bertasbih bersama beliau, burung-burung pun ikut bertasbih. Ketika Daud mulai
membaca Kitab Zabur yang suci maka burung-burung, binatang-binafang buas, dan
pohon-pohon pun berkumpul di sisinya, bahkan gunung-gunung ikut bertasbih. Bukan
hanya karena ketulusan Daud yang menjadi penyebab bertasbihnya gunung-gunung
atau burung-burung bersama beliau; bukan hanya keindahan suaranya yang menjadi
penyebab bertasbihnya makhluk-makhluk yang lain bersama beliau, namun ini
adalah mukjizat dari Allah SWT kepadanya sebagai Nabi yang memiliki keimanan
yang agung, yang cintanya kepada Allah SWT sangat tulus. Bukan hanya ini
mukjizat yang diberikan kepada beliau, Allah SWT juga memberinya ilmu atau
kemampuan untuk memahami bahasa burung dan hewan-hewan yang lain.
Pada suatu hari, beliau
merenung dan mendengarkan ocehan burung yang berdialog satu sama lain. Lalu
beliau mengerti apa yang dibicarakan burung-burung itu. Allah SWT meletakkan
cahaya dalam hatinya sehingga ia memahami bahasa burung dan bahasa hewan-hewan
yang lain. Daud sangat mencintai hewan dan burung. Beliau berlemah lembut
kepada hewan-hewan itu, bahkan beliau merawatnya ketika hewan-hewan itu sakit
sehingga burung-burung dan binatang yang lain pun mencintainya. Di samping
kemampuan memahami bahasa burung, Allah SWT juga memberinya hikmah (ilmu
pengetahuan). Ketika Daud memperoleh ilmu dari Allah SWT atau ketika ia
mendapatkan mukjizat maka bertambahlah rasa cintanya kepada Allah SWT dan
bertambah juga rasa syukumya kepada-Nya, begitu juga ibadahnya semakin
meningkat. Oleh karena itu, beliau berpuasa pada suatu hari dan berbuka pada
hari yang lain. Allah SWT sangat mencintai Daud dan memberinya kerajaan yang
besar. Dan masalah yang dihadapi oleh kaumnya adalah, banyaknya peperangan di
zaman mereka. Karena itu, pembuatan baju besi sangat penting. Baju besi yang
dibuat oleh para ahli sangat berat sehingga seorang yang berperang tidak mudah
bergerak dengan bebas ketika memakai baju besi itu.
Pada suatu hari, Nabi Daud
duduk sambil merenungkan masalah tersebut dan di depan beliau ada potongan besi
yang beliau main-mainkan. Tiba-tiba, beliau mengetahui bahwa tangannya dapat
membikin besi itu lunak. Allah SWT memang telah melunakkan besi bagi Daud. Lalu
Daud memotong-motongnya dan membentuknya dalam potongan-potongan kecil dan
melekatkan sebagian pada yang lain, sehingga beliau mampu membuat baju besi
yang baru, yaitu baju besi yang terbentuk dari lingkaran-lingkaran besi yang
jika dipakai oleh seseorang yang berperang maka ia akan leluasa untuk bergerak
dan tubuhnya tetap terlindung dari pedang dan kampak. Baju besi itu lebih baik
dari semua baju besi yang ada pada saat itu.
Allah SWT melunakkan baju
besi baginya. Yakni, Nabi Daud adalah orang yang pertama kali menemukan bahwa
besi dapat menjadi leleh dengan api dan ia dapat dibentuk menjadi ribuan rupa.
Kami merasa puas dengan tafsir seperti ini. Nabi Daud bersyukur kepada Allah
SWT. Kemudian banyak pabrik-pabrik berdiri untuk membuat baju besi yang baru.
Ketika selesai pembuatan baju besi itu dan diberikan kepada pasukannya maka
musuh-musuh Daud mengetahui bahwa pedang mereka tidak akan mampu menembus baju
besi ini. Baju besi yang dipakai oleh para musuh itu sangat berat dan dapat
ditembus oleh pedang. Baju besi yang mereka pakai tidak membuat mereka bergerak
dengan bebas dan tidak dapat melindungi mereka saat berperang, tidak demikian
halnya dengan baju besi yang dibuat oleh Nabi Daud. Setiap peperangan yang
diikuti oleh tentara Daud maka beliau selalu mendapatkan kemenangan; setiap
kali beliau memasuki kancah peperangan maka beliau merasakan kemenangan. Beliau
mengetahui bahwa kemenangan ini semata-mata datangnya karena Allah SWT sehingga
rasa syukurnya kepada-Nya semakin bertambah dan tasbih yang beliau lakukan pun
semakin meningkat serta kecintaan kepada Allah SWT pun semakin bergelora.
Ketika Allah SWT mencintai
seorang nabi atau seorang hamba dari hamba-hamba-Nya maka Dia menjadikan
manusia juga mencintainya. Manusia mencintai Nabi Daud sebagaimana
burung-burung, hewan-hewan, dan gunung-gunung pun mencintainya. Raja melihat
hal yang demikian itu lalu timbullah rasa cemburu dalam dirinya. Ia mulai
berusaha untuk menyakiti Nabi Daud dan membunuhnya. Ia menyiapkan pasukan untuk
membunuh Daud. Daud mengetahui bahwa raja cemburu kepadanya. Oleh karena itu,
beliau tidak memerangi raja namun apa yang beliau lakukan? Beliau mengambil
pedang raja saat ia tidur lalu beliau memotong sebagian dari pakaiannya dengan
pedang itu. Kemudian beliau membangunkan raja dan berkata kepadanya: "Wahai raja, engkau telah berencana untuk membunuhku, namun
aku tidak membencimu dan tidak ingin membunuhmu. Seandainya aku ingin
membunuhmu maka aku lakukan saat engkau tidur. Ini bajumu telah terpotong. Aku
telah memotongnya saat engkau tidur. Aku bisa saja memotong lehermu sebagai
ganti dari memotong baju itu, tetapi aku tidak melakukannya. Aku tidak suka
untuk menyakiti seseorang pun. Ajaran yang aku bawa hanya berisi cinta dan
kasih sayang, bukan kebencian. Raja
menyadari bahwa dirinya salah dan ia meminta maaf kepada Daud."
Kemudian berlalulah hari
demi hari dan raja terbunuh dalam suatu peperangan yang tidak diikuti oleh Nabi
Daud, karena raja itu cemburu kepadanya dan menolak bantuannya. Setelah itu,
Nabi Daud menjadi raja. Masyarakat saat itu mengetahui bahwa Daud melakukan apa
saja demi kebaikan dan kebahagiaan mereka sehingga mereka rela untuk
menjadikannya raja bagi mereka. Jadi, Daud menjadi Nabi yang diutus oleh Allah
SWT sekaligus menjadi raja. Kekuasaan tersebut justru meningkatkan rasa syukur
kepada Allah SWT dan meningkatkan ibadahnya kepada-Nya serta mendorong beliau
untuk lebih meningkatkan kebaikan dan menyantuni orang-orang fakir serta
menjaga kepentingan masyarakat umum.
Allah SWT memperkuat kerajaan
Daud. Allah selalu menjadikannya menang ketika melawan musuh-musuhnya. Allah
menjadikan kerajaannya sangat besar sehingga ditakuti oleh musuh-musuhnya
meskipun tidak dalam peperangan. Allah menambah nikmat-Nya kepada Daud dalam
bentuk memberinya hikmah. Selain memberi kenabian kepada Daud, Allah SWT
memberi hikmah dan kemampuan untuk membedakan kebenaran dari kebatilan. Nabi
Daud mempunyai seorang anak yang bernama Sulaiman. Sulaiman adalah anak yang
cerdas dan kecerdasannya itu tampak sejak masa kecilnya. Usia Sulaiman mencapai
sebelas tahun ketika terjadi kisah ini. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah
kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberihan keputusan mengenai
tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan
adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu, maka Kami
telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat);
dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu. " (QS.
al-Anbiya': 78-79)
Seperti biasanya, Daud
duduk dan memberikan keputusan hukurn kepada manusia dan menyelesaikan
persoalan mereka. Seorang lelaki pemilik kebun datang kepadanya disertai dengan
lelaki yang lain. Pemilik kebun itu berkata kepadanya: "Tuanku wahai Nabi, sesungguhnya kambing
laki-laki ini masuk ke kebunku dan memakan semua anggur yang ada di dalamnya.
Aku datang kepadamu agar engkau menjadi hakim bagi kami. Dan aku menuntut ganti
rugi."
Daud berkata kepada pemilik
kambing: "Apakah
benar bahwa kambingmu memakan kebun lelaki ini?" Pemilik kambing itu berkata: "Benar
wahai tuanku."
Daud berkata: "Aku telah memutuskan untuk memberikan kambingmu sebagai
ganti dari apa yang telah dirusak oleh kambingmu." Sulaiman berkata: "Allah
telah memberinya hikmah di samping ilmu yang diwarisi dari ayahnya— aku
memiliki hukum yang lain, wahai ayahku."
Daud berkata: "Katakanlah wahai Sulaiman." Sulaiman berkata: "Aku
memutuskan agar pemilik kambing mengambil kebun laki-laki ini yang buahnya
telah dimakan oleh kambingnya. Lalu hendaklah ia memperbaikinya dan menanam di
situ sehingga tumbuhlah pohon-pohon anggur yang baru. Dan aku memutuskan agar
pemilik kebun itu mengambil kambingnya sehingga ia dapat mengambil manfaat dari
bulunya dan susunya serta makan darinya. Jika pohon anggur telah besar dan
kebun tidak rusak atau kembali seperti semula, maka pemilik kebun itu dapat
mengambil kembali kebunnya dan begitu juga pemilik kambing pun dapat mengambil
kambingnya."
Daud berkata: "Ini adalah keputusan yang hebat wahai
Sulaiman. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberimu hikmah ini. Engkau
adalah Sulaiman yang benar-benar bijaksana." Nabi Daud—meskipun kedekatannya kepada Allah SWT dan kecintaannya
kepada-Nya—selalu belajar kepada Allah SWT. Allah SWT telah mengajarinya agar
ia tidak memutuskan suatu perkara kecuali setelah ia mendengar perkataan kedua
belah pihak yang bertikai.
Pada suatu hari Nabi Daud
duduk di mihrabnya yang di situ ia salat dan beribadah. Ketika ia memasuki
kamarnya, ia memerintahkan para pengawalnya untuk tidak mengizinkan seseorang
pun masuk menemuinya atau mengganggunya saat ia salat. Tiba-tiba, beliau dikagetkan
ketika melihat dua orang lelaki berdiri di hadapannya.
Daud takut kepada mereka
berdua karena mereka berani masuk, padahal ia telah memerintahkan agar tak
seorang pun masuk menemuinya. Daud bertanya kepada mereka: "Siapakah
kalian berdua?" Salah seorang lelaki itu berkata: "Janganlah takut wahai tuanku. Aku dan
laki-laki ini berselisih pendapat. Kami datang kepadamu agar kamu memutuskan
dengan cara yang benar." Daud
bertanya: "Apa
masalahnya?" Laki-laki
yang pertama berkata: "Saudaraku
ini mempunyai sembilan puluh sembilan kambing betina, sedangkan aku hanya
mempunyai satu. Ia telah mengambilnya dariku." Ia berkata: "Berikanlah
kepadaku, lalu ia mengambilnya dariku."Daud berkata tanpa
mendengar pendapat atau argumentasi pihak yang lain:'Sesungguknya
dia telah berbuat lalim kepadamu dengan meminta kambingmu untuk ditambahkan
kepada kambingnya. Dan sesungguhnya dari kebanyakan orang-orang yang berserikat
itu sebagian mereka berbuat lalim kepada sebagian yang lain, kecuali
orang-orangyang beriman.'
Daud terkejut ketika
tiba-tiba dua orang itu menghilang dari hadapannya. Kedua orang itu bersembunyi
laksana awan yang menguap di udara. Akhirnya, Daud mengetahui bahwa kedua
lelaki itu adalah malaikat yang diutus oleh Allah SWT kepadanya untuk memberinya
pelajaran: hendaklah ia tidak mengambil keputusan hukum di antara dua orang
yang berselisih kecuali setelah mendengar perkataan mereka semua. Barangkali
pemilik sembilan puluh sembilan kambing itu yang benar. Daud tunduk dan
bersujud serta rukuk kepada Allah SWT dan meminta ampun kepada-Nya. Allah SWT
berfirman:
"Dan sampaikah
kepadamu berita orang-orang yang berperkara ketika mereka memanjat pagar?
Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia terkejut dengan (kedatangan) mereka.
Mereka berkata: 'Janganlah kamu merasa takut, (kami) adalah dua orang yang
berperkara yang salah seorang dari kami berbuat lalim kepada yang lain; maka
berilah keputusan di antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari
kebenaran dan tunjukilah kami ke jalan yang lurus. Sesungguhnya saudaraku ini
mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor
saja. Maka dia berkata: 'Serahkanlah kambing itu kepadaku dan dia mengalahkan
aku dalam perdebatan.' Daud berkata: 'Sesungguhnya dia telah berbuat lalim
kepadamu dengan meminta kambingmu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan
sesungguhnya dari kebanyakan orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka
berbuat lalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini". Dan Daud
mengetahui bahwa kami mengujinya; maka ia meminta. ampun kepada Tuhannya lalu
menyungkur sujud dan bertaubat. Maka Kami ampuni baginya kesalahannya itu. Dan
sesungguhnya dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali
yang baik." (QS. Shad: 21-25)
Banyak cerita dongeng atau
bohong yang disampaikan orang-orang Yahudi tentang godaan yang dialami oleh
Daud. Dikatakan bahwa ia tertarik dengan istri dari salah seorang pemimpin
pasukannya lalu ia mengutus pemimpin itu di suatu peperangan di mana ia
mengetahui apa yang terjadi dengannya. Kemudian Daud menguasai istrinya.
Itu adalah kepalsuan yang
mengada-ada. Manusia yang hatinya berhubungan dengan bintang tertinggi di
langit dan tasbihnya berhubungan dengan tasbih makhluk-makhluk dan benda-benda
mati, maka mustahil baginya untuk hanya melihat atau tertarik dengan keindahan
atau kecantikan wajah wanita atau fisiknya. Seseorang yang melihat puncak
keindahan di alam dan berhubungan dengannya secara langsung dan menundukkannya
dengan tasbihnya maka mustahil baginya untuk tunduk kepada naluri seksual. Daud
adalah seorang hamba Allah SWT dan tidak mungkin ia menjadi hamba dari
nalurinya sebagaimana yang dikemukakan oleh cerita-cerita palsu Bani Israil.
Nabi Daud kembali menyembah
Allah SWT dan bertasbih kepada-Nya serta melantunkan senandung cinta kepada-Nya
sampai akhir hayatnya. Nabi Daud berpuasa sehari dan berbuka sehari.
Sehubungan dengan itu, Rasulullah saw bersabda: "Sebaik-baik puasa adalah
puasanya Daud. Beliau berpuasa satu hari dan berbuka satu hari. Beliau membaca
Zabur dengan tujuh puluh suara; beliau melakukan salat di tengah malam dan
menangis di dalamnya, dan karena tangisannya segala sesuatu pun ikut menangis,
dan suaranya dapat menyembuhkan orang yang gelisah dan orang yang
menderita." Nabi Daud
meninggal secara tiba-tiba sebagaimana dikatakan oleh berbagai riwayat.
Matahari mengganggu
manusia, lalu Sulaiman memanggil burung dan berkata: "Naungilah Daud." Maka
burung itu menaunginya.
Sulaiman berkata kepada awan: "Naungilah
manusia dari sengatan matahari.' Dan angin menjadi tenang.
Ini untuk pertama kalinya orang-orang menyaksikan kekuasaan Sulaiman.
Referensi
* Sami bin Abdullah bin
Ahmad al-Maghluts, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, Mendalami Nilai-nilai
Kehidupan yang Dijalani Para Utusan Allah, Obeikan Riyadh, Almahira Jakarta,
2008.
* Dr. Syauqi Abu Khalil,
Atlas Al-Quran, Membuktikan Kebenaran Fakta Sejarah yang Disampaikan Al-Qur'an
secara Akurat disertai Peta dan Foto, Dar al-Fikr Damaskus, Almahira Jakarta,
2008.
* Ibnu Katsir, Qishashul
Anbiyaa', hlm 24.
* Ibnu Asakir, Mukhtashar
Taarikh Damasyaqa, IV/224.
* ats-Tsa'labi, Qishashul
Anbiyaa' (al-Araa'is), hlm 36.
* Tim DISBINTALAD (Drs. A.
Nazri Adlany, Drs. Hanafi Tamam, Drs. A. Faruq Nasution), Al-Quran Terjemah
Indonesia, Penerbit PT. Sari Agung, Jakarta, 2004
* Departemen Agama RI,
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Quran, Syaamil Al-Quran Terjemah Per-Kata,
Syaamil International, 2007.
* alquran.bahagia.us,
keislaman.com, dunia-islam.com, Al-Quran web, PT. Gilland Ganesha, 2008.
* Muhammad Fu'ad Abdul
Baqi, Mutiara Hadist Shahih Bukhari Muslim, PT. Bina Ilmu, 1979.
* Al-Hafizh Zaki Al-Din
'Abd Al-'Azhum Al Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, Al-Maktab Al-Islami,
Beirut, dan PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2008.
* M. Nashiruddin Al-Albani,
Ringkasan Shahih Bukhari, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani,
Jakarta, 2008.
* Al-Bayan, Shahih Bukhari
Muslim, Jabal, Bandung, 2008.
* Muhammad Nasib Ar-Rifa'i, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu
Katsir, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 1999.