Nama: Yusuf
bin Ya'qub (Yusuf bin Yakub)
Garis Keturunan:
Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim
as ⇒ Ishaq as ⇒ Ya'qub as⇒ Yusuf as
Usia: 110
tahun
Periode sejarah: 1745 -
1635 SM
Tempat diutus (lokasi): Mesir
Jumlah keturunannya (anak): 3 anak
(2 laki-laki, 1 perempuan)
Tempat wafat: Nablus
Sebutan kaumnya: Heksos
dan Bani Israil
di Al-Quran namanya
disebutkan sebanyak 58 kali
Yusuf bin Yaqub merupakan salah satu dari 12 putra Yaqub dan merupakan cucu dari
Ishaq as, serta cicit dari Ibrahim as.
Pengutusan Nabi Yusuf
Dia adalah salah satu rasul
yang tidak termasuk dalam kelompok Ulul Azmi. Rasulullah memuji beliau dalam
sabdanya, "Dia
adalah orang yang mulia, anak orang mulia, cucu orang mulia, dan cicit orang
yang mulia: Yusuf bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim," (HR. al-Bukhari).
Nabi Yusuf dilahirkan di
negeri Kan'an. Dia memiliki seorang saudara kandung yang bernama Bunyamin dan
sepuluh saudara seayah. Ibunda Yusuf dan Bunyamin lebih dahulu meninggal,
sehingga sang ayah sangat mencintai mereka berdua. Perhatian yang dicurahkan Nabi
Ya'qub kepada keduanya menimbulkan sara iri di hati saudara-saudaranya yang
lain. Mereka lantas merencanakan sesuatu untuk mencelakakan Yusuf seperti yang
tertera dalam al-Qur'an, "Bunuhlah
Yusuf atau buanglah dia ke suatu tempat agar perhatian ayah tertumpah kepada
kalian, dan setelah itu kalian menjadi orang yang baik," (QS. Yusuf [12]:
9).
Saudara-saudara Yusuf lalu
meminta izin kepada sang ayah agar dia diizinkan ikut bersama mereka bermain di
luar kota. Di sanalah Yusuf dilempar ke dalam sebuah sumur tua. Hal ini terekam
dalam firman Allah, "Mereka
berkata: "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami
tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan
kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah
orang-orang yang benar." Dan Mereka datang membawa baju gamisnya (yang
berlumuran) dengan darah palsu. Yakub berkata: "Sebenarnya dirimu
sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang
baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya
terhadap apa yang kamu ceritakan." Dan kemudian datanglah kelompok
orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh seorang pengambil air, maka dia
menurunkan timbanya, dia berkata: "Oh; kabar gembira, ini seorang anak
muda!" Kemudian mereka menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan," (QS. Yusuf [12]: 17-19).
Nabi Ya'qub merasa terpukul
atas kejadian itu hingga kedua matanya memutih akibat kesedihan yang mendalam.
Sementara itu, kafilah yang
menemukan Yusuf membawanya ke negeri Mesir lalu menjualnya di pasar budak.
Pembesar Mesir kemudian membelinya dan memberikan Yusuf kepada istrinya yang
belum memiliki anak. Setelah beliau dewasa, Allah memberikannya ilmu dan hikmah
di negeri Mesir. Beliaupun menjadi terkenal dengan kepiawaiannya menakwilkan
mimpi dan menjaga kehormatan diri dari rayuan tuannya.
Pada satu waktu, Nabi
Ya'qub mengutus anak-anaknya, kecuali Bunyamin untuk membeli hasil bumi kepada
seorang menteri Mesir, yaitu Yusuf. Nabi Yusuf meminta mereka agar membawa
Bunyamin pada kedatangan berikutnya. Mereka pun datang ke Mesir untuk yang kedua
kalinya bersama Bunyamin, dan Yusuf telah mengenalinya secara diam-diam. Beliau
lantas memerintahkan para pembantunya untuk meletakkan sukatan di dalam karung
Bunyamin. Bunyamin pun ditahan. Saudara-saudara yang berusaha membebaskannya
namun sia-sia belaka.
Akhirnya mereka pulang
tanpa Bunyamin. Ya'qub semakin sedih dengan hilangnya dua putra beliau. Untuk
ketiga kalinya, Nabi Ya'qub memerintahkan mereka berangkat ke Mesir guna
membebaskan Bunyamin. Saat mereka bertemu, Yusuf memberitahu mereka keadaan yang
sebenarnya, sebagaimana yang tertera dalam firman Allah, "Aku Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah
melimpahkan karunia-Nya kepada kami" (QS. Yusuf [12]: 90).
Saudara-saudara Yusuf
merasa amat bersalah dan berdosa, tetapi Nabi Yusuf memaafkan mereka. Selain
itu, dia memberikan bajunya agar diserahkan kepada sang ayah. Baju ini sebagai
tanda bahwa dia masih hidup. Setelah mereka bertemu sang ayah, secara bersamaan
Nabi Ya'qub telah mencium bau Yusuf, dan membuat penglihatannya kembali normal.
Peristiwa ini sesuai dengan firman Allah, "Maka
tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf, Yusuf merangkul kedua orang tuanya dan
dia berkata: "Masuklah kalian ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan
aman." Dan ia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. Dan mereka
(semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf:
"Wahai ayahku inilah takbir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku
telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat
baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa
kamu dari dusun padang pasir, setelah setan merusakkan (hubungan) antaraku dan
saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."
(QS. Yusuf [12]: 99-100).
Penggunaan Dirham
Disebutkan dalam surah
Yusuf ayat 20 sebagai berikut, "Dan
mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan
mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf."(QS. Yusuf [12]: 20).
Profesor Bassam Jarrar
berkata tentang teks tersebut, "Ayat
ini menunjukkan tingkat peradaban masyarakat Mesir saat itu. Mereka sudah
menggunakan dirham, mata uang perak yang berfungsi sebagai alat tukar dalam
sistem perdagangan. Di sisi lain, kita juga menemukan saudara-saudara Yusuf
yang datang dari desa menawarkan barang-barang untuk membeli bahan makanan.
Allah berfirman, "Yusuf berkata kepada pelayan-pelayannya, 'Masukkanlah
barang-barang (penukar kepunyaan mereka) ke dalam karung-karung mereka,"
(QS. Yusuf [12]: 62).
Perhatikan juga firman
Allah, "Maka
ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata: "Wahai Al-Aziz,
kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa
barang-barang yang tak berharga, maka penuhilah jatah (gandum) untuk kami, dan
bersedekahlah kepada kami, sesungguhnya Allah memberi balasan kepada
orang-orang yang bersedekah". (QS. Yusuf [12]: 88).
Ringkasan Kisah Yusuf
Al-Qur'an mengawali kisah
Yusuf saat ia masih muda. Ia bermimpi melihat sebelas planet, matahari, dan
bulan bersujud padanya (Yusuf [12]:4). Mimpi itu ia beritahukan kepada ayahnya,
Yaqub yang menyuruhnya agar tidak memberitahukan mimpi itu kepada saudara-saudaranya
yang pencemburu (Yusuf [12]:5). Yusuf juga merupakan anak yang paling disayangi
Yaqub, sehingga saudaranya merasa cemburu dan mereka merencanakan suatu rencana
untuk membuang Yusuf (Yusuf [12]:8). Saudara-saudara Yusuf meminta izin pada
Yaqub untuk membawa Yusuf pergi bersama mereka, dan mereka diizinkan. Dalam
perjalanan, Yusuf dimasukkan ke dalam sumur dan ditinggal pergi oleh
saudara-saudaranya hingga kemudian ia ditemukan oleh kafilah dagang yang
kemudian menjualnya di Mesir. Orang yang membeli Yusuf adalah Qithfir, seorang
raja Mesir yang mempunyai julukan Al Aziz.
Yusuf didalam Al-Qur'an
dikatakan sebagai pria yang sangat tampan. Pernyataan ini digambarkan ketika
Yusuf tumbuh remaja, istri tuannya yang bernama Zulaikha menggodanya karena tidak
bisa menahan daya tarik ketampanannya dan setiap wanita yang melihatnya pasti
terkesima, namun Yusuf menolaknya (Yusuf [12]:23). Sehingga ia mengancam Yusuf
akan dipenjarakan, jika tidak mengikuti perintahnya (Yusuf [12]:32). Namun,
Yusuf tetap teguh dan ia akhirnya dipenjarakan (Yusuf [12]:33). Yusuf
dipenjarakan bersama dua orang tahanan. Di dalam penjara, mereka mengetahui
bahwa Yusuf memiliki kejujuran yang tinggi dan dapat menafsirkan mimpi (Yusuf
[12]:36). Yusuf berhasil dalam menafsirkan mimpi 2 tahanan lainnya, mimpi
mereka adalah bahwa salah satu dari mereka akan dihukum mati, dan yang lainnya
akan dibebaskan dan kembali bekerja sebagai penuang air minum raja. Maka, Yusuf
meminta pada temannya yang akan dibebaskan untuk mengemukakan masalahnya kepada
raja. Namun, ketika dibebaskan, ia melupakan Yusuf, sehingga ia tetap
dipenjara.
Beberapa tahun kemudian,
raja bermimpi dan menanyakan apa artinya. Penuang minuman tersebut akhirnya
ingat pada Yusuf, dan ia menanyakan Yusuf apa arti mimpi raja. Yusuf
menafsirkan mimpi raja bahwa akan terjadi tujuh panen yang berlimpah, kemudian
diikuti tujuh panen yang sedikit, dan kemudian ada tahun yang penuh dengan
hujan. Raja yang mendengar tafsir Yusuf, akhirnya memanggilnya. Namun,
sebelumnya Yusuf meminta kepada orang-orang yang menuduhnya ditanyai apa yang
sebenarnya terjadi. Zulaikha akhirnya mengakui apa yang dilakukannya pada
Yusuf. Yusuf akhirnya dibebaskan dan raja menghendaki ia bekerja untuknya.
Yusuf akhirnya meminta agar ia ditugaskan untuk mengurus hasil bumi di negeri
itu.
Selama tahun-tahun yang
diramalkan paceklik, saudara-saudara Yusuf datang ke Mesir untuk meminta
makanan. Mereka diperbolehkan menghadap Yusuf yang mengenal mereka, namun
mereka tidak. Yusuf meminta mereka jika ingin meminta makanan lagi, mereka
diharuskan membawa adik laki-laki bungsu mereka. Mereka akhirnya membawa adik
bungsu mereka pada pertemuan berikutnya. Pada adik bungsunya itulah, Yusuf
mengungkapkan kisahnya bahwa ia dipelakukan jahat oleh kakak-kakaknya. Yusuf
akhirnya bekerja sama dengan adiknya. Adiknya untuk sementara ditinggal
bersamanya. Yusuf berpura-pura bahwa adiknya ditahan karena mencuri gelas minum
raja. Pada saat itu juga, Yaqub kehilangan penglihatannya karena merasa
kehilangan Yusuf dan saudaranya.
Ketika saudara-saudara
Yusuf datang lagi kepadanya, Yusuf mengungkapkan jati dirinya pada mereka.
Saudara-saudara Yusuf akhirnya meminta maaf atas tindakan mereka. Yusuf
kemudian meminta mereka membawakan bajunya kepada ayahnya dan mengusapkan pada
wajah ayahnya untuk memulihkan penglihatannya dan juga memerintahkan mereka
untuk membawa orangtua dan keluarga mereka ke Mesir. Setelah tiba di Mesir,
orang tua dan saudara-saudaranya bersujud untuk menghormatinya. Yusuf kemudian
mengingatkan akan mimpinya di masa muda yang ditafsirkan oleh ayahnya; sebelas
planet, matahari, dan bulan bersujud padanya.
Referensi:
* Sami bin Abdullah bin
Ahmad al-Maghluts, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, Mendalami Nilai-nilai
Kehidupan yang Dijalani Para Utusan Allah, Obeikan Riyadh, Almahira Jakarta,
2008.
* Dr. Syauqi Abu Khalil,
Atlas Al-Quran, Membuktikan Kebenaran Fakta Sejarah yang Disampaikan Al-Qur'an
secara Akurat disertai Peta dan Foto, Dar al-Fikr Damaskus, Almahira Jakarta,
2008.
* Ibnu Katsir, Qishashul
Anbiyaa', hlm 24.
* Ibnu Asakir, Mukhtashar
Taarikh Damasyaqa, IV/224.
* ats-Tsa'labi, Qishashul
Anbiyaa' (al-Araa'is), hlm 36.
* Tim DISBINTALAD (Drs. A.
Nazri Adlany, Drs. Hanafi Tamam, Drs. A. Faruq Nasution), Al-Quran Terjemah
Indonesia, Penerbit PT. Sari Agung, Jakarta, 2004
* Departemen Agama RI,
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Quran, Syaamil Al-Quran Terjemah
Per-Kata, Syaamil International, 2007.
* alquran.bahagia.us,
keislaman.com, dunia-islam.com, Al-Quran web, PT. Gilland Ganesha, 2008.
* Muhammad Fu'ad Abdul
Baqi, Mutiara Hadist Shahih Bukhari Muslim, PT. Bina Ilmu, 1979.
* Al-Hafizh Zaki Al-Din 'Abd
Al-'Azhum Al Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, Al-Maktab Al-Islami, Beirut,
dan PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2008.
* M. Nashiruddin Al-Albani,
Ringkasan Shahih Bukhari, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani,
Jakarta, 2008.
* Al-Bayan, Shahih Bukhari
Muslim, Jabal, Bandung, 2008.
* Muhammad Nasib Ar-Rifa'i, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir
Ibnu Katsir, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 1999.